Cerita Hot — Martha yang masih berumur 21 tahun tidak menyadari bahaya nya bekerja sebagai kasir di sebuah toko serba ada yang beroperasi 24 jam di Bandung. Tapi karena semangat dan keinginan untuk mandiri membuat dirinya tidak mempedulikan nasehat orang tuanya yang merasa kuatir melihat putrinya sering mendapat giliran jaga di malam hari hingga pagi hari.
Martha lebih suka bekerja pada shift di jam tersebut, Karena dari saat tengah malam sampai pagi biasanya jarang sekali ada pembeli, sehingga Martha bisa belajar untuk materi kuliahnya siang nanti. Sampai akhirnya pada suatu malam terjadilah pemerkosaan itu.
Martha mendapati dirinya ditodong oleh sepucuk pistol tepat di depan matanya. Yang berambut Gondrong (sebut saja Budi) , dan yang satu lagi tubuhnya Kurus (sebut saja si Rudi ). Mereka berdua, menerobos masuk membuat Martha yang sedang berkonsentrasi pada bukunya terkejut.
“Keluarin uangnya cepet !” perintah si Budi, sementara si Rudi memutuskan semua kabel video dan telepon yang ada di toko itu. Tangan Martha gemetar berusaha membuka laci kasir yang ada di depannya, saking takutnya kunci itu sampai terjatuh beberapa kali. Setelah beberapa saat,
Martha berhasil membuka laci itu dan memerikan semua uang yang ada di dalamnya, sebanyak 100 ribu kepada si Budi, Martha tidak diperkenankan menyimpan uang lebih dari 100 ribu di laci tersebut. Karena itu setiap kelebihannya langsung dimasukan ke lemari besi. Setelah si Budi merampas uang itu, Martha langsung mundur ke belakang, ia sangat ketakutan kakinya lemas, hampir jatuh.
“Masa cuma segini?!” bentak si Budi.
“Buka lemari besinya! Sekarang!” Mereka berdua menggiring Martha masuk ke kantor manajernya dan mendorongnya hingga jatuh berlutut di hadapan lemari besi. Martha mulai menangis, ia tidak tahu nomor kombinasi lemari besi itu, ia hanya menyelipkan uang masuk ke dalam lemari besi melalui celah pintunya.
“Cepat!!!” bentak si Rudi,
Martha merasakan pistol menempel di belakang kepalanya. Martha berusaha untuk menjelaskan kalau ia tidak mengetahui nomor lemari besi itu. Untunglah, melihat mata Martha yang ketakutan, mereka berdua percaya.
“Brengsek!!!! Nggak sebanding sama resikonya! Ayo…Iket dia, biar dia nggak bisa panggil polisi!!!” Martha di dudukkan di kursi manajernya dengan tangan diikat ke belakang. Kemudian kedua kaki Martha juga diikat ke kaki kursi yang ia duduki. si Rudi kemudian mengambil plester dan menempelkannya ke mulut Martha.
“Beres! Ayo cabut!”
“Tunggu! Tunggu dulu rud! Liat dia, dia boleh juga ya?!”.
“Cepetan! Ntar ada yang tau! Kita cuma dapet 100 ribu, cepetan!”.
“Aku pengen liat bentar aja!”.
Mata Martha terbelalak ketika si Budi mendekat dan menarik t-shirt merah muda yang ia kenakan. Dengan satu tarikan keras, t-shirt itu robek membuat BH-nya terlihat. Payudara Martha yang berukuran sedang, bergoyang-goyang karena Martha meronta-ronta dalam ikatannya.
“Wow, oke banget!” si Budi berseru kagum.
“Oke, sekarang kita pergi!” ajak si Rudi, tidak begitu tertarik pada Martha karena sibuk mengawasi keadaan depan toko.
Tapi si Budi tidak peduli, ia sekarang meraba-raba puting susu Martha lewat BH-nya, setelah itu ia memasukkan jarinya ke belahan payudara Martha. Dan tiba-tiba, dengan satu tarikan BH Martha ditariknya, tubuh Martha ikut tertarik ke depan, tapi akhirnya tali BH Martha terputus dan sekarang payudara Martha bergoyang bebas tanpa ditutupi selembar benangpun.
“Jangan!” teriak Martha. Tapi yang tedengar cuma suara gumaman. Terasa oleh Martha mulut si Budi menghisapi puting susunya pertama yang kiri lalu sekarang pindah ke kanan. Kemudian Martha menjerit ketika si Budi mengigit puting susunya.
“diam! Jangan berisik!” si Budi menampar Martha, hingga berkunang-kunang. Martha hanya bisa menangis.
“Aku bilang diam!”, Sambil berkata itu si Budi menampar buah dada Martha, sampai sebuah cap tangan berwarna merah terbentuk di payudara kiri Martha.
Kemudian si Budi bergeser dan menampar uang sebelah kanan. Martha terus menjerit-jerit dengan mulut diplester, sementara si Budi terus memukuli buah dada Martha sampai akhirnya bulatan buah dada Martha berwarna merah.
“Ayo, cepetan !”, si Rudi menarik tangan si Budi.
“Kita musti cepet minggat dari sini!” Martha bersyukur ketika melihat si Budi diseret keluar ruangan oleh si Rudi.
Payudaranya terasa sangat sakit, tapi Martha bersyukur ia masih hidup. Melihat sekelilingnya, Martha berusaha menemukan sesuatu untuk membebaskan dirinya. Di meja ada gunting, tapi ia tidak bisa bergerak sama sekali.
“Hey, Brooo! Tokonya kosong!”.
“Masa, cepetan ambil permen!”.
“Goblok Banget lo, cepetan ambil bir tolol!”.
Tubuh Martha menegang, mendengar suara beberapa anak-anak di bagian depan toko. Dari suaranya ia mengetahui bahwa itu adalah anak-anak berandal yang ada di lingkungan itu. Mereka baru berusia sekitar 12 sampai 15 tahun. Martha mengeluarkan suara minta tolong.
“ssssstt! Lo denger nggak?!”.
“Cepetan kembaliin semua!”.
“Ayooo….lari, lari! Kita ketauan!”.
Tiba-tiba salah seorang dari mereka menjengukkan kepalanya ke dalam kantor manajer. Ia terperangah melihat Martha, terikat di kursi, dengan t-shirt robek membuat buah dadanya mengacung ke arahnya.
“Buset!” berandal itu tampak terkejut sekali, tapi sesaat kemudian ia menyeringai.
“Hei, liat nih! Ada kejutan!”
Martha berusaha menjelaskan pada mereka, menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia berusaha menjelaskan bahwa dirinya baru saja dirampok. Ia berusaha minta tolong agar mereka memanggil polisi. Ia berusaha memohon agar mereka melepaskan dirinya dan menutupi dadanya. Tapi yang keluar hanya suara gumanan karena mulutnya masih tertutup plester.
Satu demi satu berandalan itu masuk ke dalam kantor. Satu, kemudian dua, lalu tiga. Empat. Lima! Lima wajah-wajah dengan senyum menyeringai sekarang mengamati tubuh Martha, yang terus meronta-ronta berusaha menutupi tubuhnya dari pandangan mereka. Berandalan, yang berumur sekitar 15 tahun itu terkagum-kagum dengan penemuan mereka.
“Gila! Cewek nih!”.
“Dia telanjang!”.
“Tu liat susunya! susu!”.
“Mana, mana Aku pengen liat!”.
“Aku pengen pegang!”.
“Pasti alus tuh!”.
“Bawahnya kayak apa yaaa?!”.
Mereka semua berkomentar bersamaan, kegirangan menemukan Martha yang sudah terikat erat. Kelima berandal itu maju dan merubung Martha, tangan-tangan meraih tubuh Martha. Martha tidak tahu lagi, milik siapa tanga-tangan tersebut, semuanya berebutan mengelus pinggangnya, meremas buah dadanya, menjambak rambutnya, seseorang menjepit dan menarik-narik puting susunya. Kemudian, salah satu dari mereka menjilati pipinya dan memasukan ujung lidahnya ke lubang telinga Martha.
“Ayooo, kita lepasin dia dari kursi!” Mereka kemudian melepaskan ikatan pada kaki Martha, tapi dengan tangan masih terikat di belakang, sambil terus meraba dan meremas tubuh Martha. Melihat ruangan kantor itu terlalu kecil mereka menyeret Martha keluar menuju bagian depan toko. Martha meronta-ronta ketika merasa ada yang berusaha melepaskan kancing jeansnya.
Mereka menarik-narik celana jeans Martha sampai akhirnya turun sampai ke lutut. Martha terus meronta-ronta, dan akhirnya mereka berenam jatuh tersungkur ke lantai. Sebelum Martha sempat membalikkan badannya, tiba-tiba terdengar suara lecutan, dan sesaat kemudian Martha merasakan sakit yang amat sangat di pantatnya. Martha melihat salah seorang berandal tadi memegang sebuah ikat pinggang kulit dan bersiap-siap mengayunkannya lagi ke pantatnya!
“Hei….Bangun! Bangun!” ia berteriak. Martha berusaha berguling melindungi pantatnya yang terasa sakit sekali. Tapi berandal tadi tidak peduli, ia kembali mengayunkan ikat pinggang tadi yang sekarang menghajar perut Martha.
“Bangun! naik ke sini!” berandal tadi menyapu barang-barang yang ada di atas meja layan hingga berjatuhan ke lantai. Martha berusaha bangun tapi tidak berhasil. Lagi, sebuah pukulan menghajar buah dadanya. Martha berguling dan berusaha berdiri dan berhasil berlutut dan berdiri. Berandal tadi memberikan ikat pinggang tadi kepada temannya. “Kalo dia gerak, pukul aja!”
Langsung saja Martha mendapat pukulan di pantatnya. Berandal-berandal yang lain tertawa dan bersorak. Mereka lalu mendorong dan menarik tubuhnya, membuat ia bergerak-gerak sehingga mereka punya alasan lagi buat memukulnya. Berandal yang pertama tadi kembali dengan membawa segulung plester besar. Ia mendorong Martha hingga berbaring telentang di atas meja.
Pertama ia melepaskan tangan Martha kemudian langsung mengikatnya dengan plester di sudut-sudut meja, tangan Martha sekarang terikat erat dengan plester sampai ke kaki meja. photomemek.com Selanjutnya ia melepaskan sepatu, jeans dan celana dalam Martha dan mengikatkan kaki-kaki Martha ke kaki-kaki meja lainnya. Sekarang Martha berbaring telentang, telanjang bulat dengan tangan dan kaki terbuka lebar menyerupai huruf X.
“Waktu Pesta!” berandal tadi lalu menurunkan celana dan celana dalamnya. Mata Martha terbelalak melihat penisnya menggantung, setengah keras sepanjang 20 senti. Berandal tadi memegang pinggul Martha dan menariknya hingga mendekati pinggir meja. Kemudian ia menggosok-gosok penisnya hingga berdiri mengacung tegang.
“Waktunya masuk!” ia bersorak sementara teman-teman lainnya bersorak dan tertawa. Dengan satu dorongan keras, penisnya masuk ke vagina Martha. Martha melolong kesakitan. Air mata meleleh turun, sementara berandal tadi mulai bergerak keluar masuk.
Temannya naik ke atas meja, menduduki dada Martha, membuat Martha sulit bernafas. Kemudian ia melepaskan celananya, mengeluarkan penisnya dari celana dalamnya. Plester di mulut Martha ditariknya hingga lepas. Martha berusaha berteriak, tapi mulutnya langsung dimasuki oleh penis berandal yang ada di atasnya.
Langsung saja, penis tadi mengeras dan membesar bersamaan dengan keluar masuknya penis tadi di mulut Martha. Pandangan Martha langsung berkunang-kunang dan merasa akan pingsan, ketika tiba-tiba saja mulutnya dipenuhi cairan kental, yang terasa asin dan pahit sekali . Semprotan demi semprotan masuk ke mulut Martha, tanpa bisa dimuntahkan lagi oleh Martha. Ia terus menelan cairan tadi agar bisa terus bernafas.
Tiba-tiba saja Berandal yang duduk di atas dada Martha turun, lalu berandal memasukkan penisnya ke vagina Martha dan mendorong Martha di pinggir meja lalu menggenjot memek Martha Dengan tempo makin cepat. Ia juga memukuli perut Martha, membuat Martha mengejang dan vaginanya berkontraksi menjepit penisnya. Ia kemudian memegang buah dada Martha sambil terus bergerak makin cepat, ia mengerang-erang mendekati klimaks.
Tangannya langsung meremas dan menarik buah dada Martha ketika tubuhnya bergetar dan sperma tiba-tiba menyemprot keluar, terus-menerus mengalir masuk di vagina Martha. Sedangkan berandal yang lainnya berdiri di samping meja dan melakukan masturbasi, Dan ketika pimpinan mereka mencapai puncaknya mereka juga mengalami ejakulasi bersamaan. Sperma mereka menyemprot keluar dan jatuh di muka, rambut dan dada Martha.
Beberapa saat berlalu dan Martha tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya, ketika tahu-tahu ia kembali sendirian di toko tadi, masih terikat erat di atas meja. Ia tersadar ketika menyadari dirinya terlihat jelas, jika ada orang lewat di depan tokonya.
Martha meronta-ronta membuat buah dadanya bergoyang-goyang. Ia menangis dan meronta berusaha melepaskan diri dari plester yang mengikatnya. Setelah beberapa lama mencoba Martha berhasil melepaskan tangan kanannya. Kemudian ia melepaskan tangan kirinya, kaki kanannya. Tinggal satu lagi nih.
“Wah, wah, waaaaah!!!” terdengar suara laki-laki yang berdiri di pintu depan. Martha sangat terkejut dan berusaha menutupi buah dada dan vaginanya dengan kedua tangannya.
“Tolong saya!” ratap Martha.
“Tolong saya Pak! Toko saya dirampok, saya diikat dan diperkosa Pak! Tolong saya Pak, cepat panggilkan polisi!”
“Nama lu Martha kan?” tanya laki-laki tadi.
“Ba…bagaimana bapak tahu nama saya?” Martha bingung dan takut.
“Aku Tomy. Orang yang dulunya kerja di toko ini sebelum kau rebut!”.
“Tapi saya tidak merebut pekerjaan bapak. Saya tahunya dari iklan di koran. Saya betul-betul tidak tahu pak! Tolonglah saya pak!”.
“Gara-gara kamu ngelamar ke sini Aku jadi dipecat! Aku nggak heran kamu diterima kalo liat bodi mu”.
Martha kembali merasa ketakutan saat melihat Tomy, seseorang yang belum pernah dilihat dan dikenalnya tapi sudah membencinya. Martha kembali berusaha melepaskan ikatan di kaki kirinya, membuat Raoy naik pitam. Ia menyambar tangan Martha dan menekuknya ke belakang dan kembali diikatnya dengan plester, dan plester itu terus dilitkan sampai mengikat ke bahu, hingga Martha betul-betul terikat erat. Ikatan itu membuat Martha kesakitan, ia menggeliat dan buah dadanya semakin membusung keluar.
“Lepaskannnn!! Sakittt!! adhh!! Saya tidak memecat kamu!!!! Tapi kenapa saya diikat ?!!”
“Sebenarnya Aku tadinya mau ngerampok nih toko, cuma kayaknya Aku udah keduluan. Jadi baiknya Aku rusak aja deh nih toko”.
Ia kemudian melepaskan ikatan kaki Martha sehingga sekarang Martha duduk di pinggir meja dengan tangan terikat di belakang. Dan diikatnya lagi dengan plester.
Dan Tomy mulai menghancurkan isi toko itu, etalase dipecahnya, rak-rak ditendang jatuh. Lalu Tomy juga menghancurkan kotak pendingin es krim yang ada di kanan Martha. Es krim beterbangan dilempar oleh Tomy. Beberapa di antaranya mengenai tubuh Martha, kemudian meleleh mengalir turun, melewati punggungnya masuk ke belahan pantatnya.
Di depan, Es tadi mengalir melalui belahan buah dadanya, turun ke perut dan mengalir ke vagina Martha. Rasa dingin langsung menempel di buah dada Martha, membuat putingnya mengeras san mengacung. Ketika Tomy selesai, tubuh Martha bergetar kedinginan dan lengket karena es krim yang meleleh.
“Kamu keliatannya kedinginan!” ejek si Tomy sambil menyentil puting susu Martha yang mengeras kaku.
“Aku harus ngasihh kamu sesuatu yang anget.”
Tomy kemudian mendekati wajan untuk mengoreng hot dog yang ada di tengah ruangan. Martha melihat Tomy mendekat membawa beberapa buah sosis yang berasap.
“Jaaaangaann!” Martha berteriak ketika Tomy membuka bibir vaginanya dan memasukan satu sosis ke dalam vaginanya yang terasa dingin karena es tadi. Kemudian ia memasukan sosis yang kedua, dan ketiga. Sosis yang keempat putus ketika akan dimasukan. Vagina Martha sekarang diisi oleh tiga buah sosis yang masih berasap. Martha menangis karena kesakitan akibat uap panas dari sosis tersebut.
“Keliatannya nikmat Nih….Ha..Ha…!” Tomy tertawa.
“Tapi Aku lebih suka bermain dengan mustard!” Kemudian Ia mengambil botol mustard dan menekan botol itu.
Cairan mustard langsung keluar menyemprot ke vagina Martha. Martha menangis terus, melihat dirinya disiksa dengan cara yang tak terbayangkan olehnya.
Sambil tertawa Tomy melanjutkan usahanya dengan menghancurkan isi toko itu. Martha berusaha melepaskan diri, tapi tak berhasil. Nafasnya sangat tersengal-sengal, ia tidak kuat menahan semua ini. Tubuh Martha bergerak lunglai jatuh.
“Hei!! Kamu kalo kerja jangan tidur!” bentak Tomy sambil menampar pipi Martha.
Kamu tau nggak, daerah sini nggak aman jadi perlu ada alarm.”
Marthapun meronta ketakutan melihat Tomy yang memegang dua buah jepitan buaya. Jepitan itu bergigi tajam dan jepitannya sangat keras sekali. Tomy segera mendekatkan satu jepitan ke puting susu kanan Martha, menekannya hingga terbuka dan melepaskannya hingga menutup kembali menjepit puting susu Martha.
Martha menjerit dan melolong kesakitan, gigi jepitan tadi menancap ke puting susunya. Kemudian Tomy juga menjepit puting susu yang ada di sebelah kiri. Air mata Martha bercucuran di pipi.
Kemudian Tomy mengikatkan kawat halus di kedua jepitan tadi, lalu mengulurnya dan kemudian mengikatnya ke pegangan pintu masuk. Ketika pintu itu didorong Tomy hingga membuka keluar, Martha merasa jepitan tadi tertarik oleh kawat, dan membuat buah dadanya tertarik dan ia menjerit kesakitan.
“Nah…..,Hmmm… udah jadi. sekarang pintu depan ini bisa buka ke dalem ama keluar, tapi bisa juga disetel cuma bisa dibuka dengan cara ditarik bukan didorong. Jadi Aku sekarang pergi dulu, terus nanti Aku pasang biar pintu itu cuma bisa dibuka kalo ditarik. Nanti kalo ada orang dateng, pas dia dorong pintu kan nggak bisa, pasti dia coba buat narik tuh pintu, nah, pas narik itu alarmnya akan bunyi!”
“Jaaaaaangan! saya mohoon! Jangan! jangan! jangan! ampun!
Tomypun tidak peduli, ia keluar dan tidak lupa memasang kunci pada pintu itu hingga sekarang pintu tadi hanya bisa dibuka dengan ditarik. Marthapun menangis ketakutan, Dan puting susunya sudah hampir rata, dijepit. Ia terlihat meronta-ronta berusaha melepaskan ikatan. Tubuh Martha berkeringat setelah berusaha melepaskan diri tanpa hasil.
Beberapa saat kemudian terlihat sebuah bayangan di depan pintu, Martha melihat ternyata bayangan itu milik gelandangan yang sering lewat dan meminta-minta. Gelandangan itu melihat tubuh Martha, telanjang dengan buah dada mengacung. Segera saja Gelandang itu mendorong pintu masuk. Pintu itu tidak terbuka. Si Gelandangan langsung meraih pegangan pintu dan mulai menariknya.
Martha langsung menjerit “Jangan! jangan! jangan buka! jangaann!”, tapi gelandangan tadi tetap menarik pintu, yang kemudian menarik kawat dan menarik jepitan yang ada di puting susunya. Gigi-gigi yang sudah menancap di daging puting susunya tertarik, merobek puting susunya. Martha menjerit keras sekali sebelum jatuh di atas meja. Pingsan.
Tapi Martha tersadar dan menjerit. Sekarang ia berdiri di depan meja kasir. Tangannya terikat ke atas di rangka besi meja kasir. Dan kakinya juga terikat terbuka lebar pada kaki-kaki meja kasir. Ia merasa kesakitan. Puting susunya sekarang berwarna ungu, dan menjadi sangat sensitif. Udara dingin saja membuat puting susunya mengacung tegang.
Memar-memar menghiasi seluruh tubuhnya, mulai pinggang, dada dan pinggulnya. Martha merasakan sepasang tangan berusaha membuka belahan pantatnya dari belakang.
Sesuatu yang dingin dan keras berusaha masuk ke liang anusnya. Martha menoleh ke belakang, dan ia melihat gelandangan tadi berlutut di belakangnya sedang memegang sebuah botol bir.
“Ja…Jangan, ampun! Lepaskan saya pak! Saya sudah diperkosa dan dipukuli! Saya tidak tahan lagi.”
“Habisnya pantat Mbak kan belom diituin.” gelandangan itu berkata tidak jelas.
“Jangaaaaan!” Martha meronta, ketika penis si gelandangan tadi mulai berusaha masuk ke anusnya.
Setelah beberapa kali usaha, gelandangan tadi menyadari penisnya tidak bisa masuk ke dalam anusnya Martha. Lalu ia langsung berlutut lagi, mengambil sebuah botol bir dari rak dan mulai mendorong dan memutar-mutarnya masuk ke liang anus Martha.
Martha menjerit-jerit dan meronta-ronta ketika leher botol bir tadi mulai masuk dengan keadaan masih mempunyai tutup botol yang berpinggiran tajam. Liang anus Martha tersayat-sayat ketika gelandangan tadi memutar-mutar botol dengan harapan liang anus Martha bisa membesar.
Setelah beberapa Lama tiba-tiba gelandangan tadi mencabut botol tersebut. Tutup botol bir itu sudah dilapisi darah dari dalam anus Martha, tapi ia tidak peduli. Gelandang itu kembali berusaha memasukan penisnya ke dalam anus
Martha yang sekarang sudah membesar karena dimasuki botol bir. Gelandangan tadi mulai bergerak kesenangan, rasanya sudah lama sekali ia tidak meniduri perempuan, ia bergerak cepat dan keras sehingga Martha merasa dirinya akan terlepar ke depan setiap gelandangan tadi bergerak maju. Martha terus menangis melihat dirinya disodomi oleh gelandangan yang mungkin membawa penyakit kelamin,
tapi gelandangan tadi terus bergerak makin makin cepat, tangannya meremas buah dada Martha, membuat Martha menjerit karena puting susunya yang terluka ikut diremas dan dipilih-pilin.
Akhirnya dengan satu erangan, gelandang tadi orgasme, dan Martha merakan cairan hangat mengalir dalam anusnya, sampai gelandangan tadi jatuh terduduk lemas di belakang Martha.
“Makasih yaaa Mbak! Saya puas sekaliiiii! Makasih.” gelandangan tadi melepaskan ikatan Martha. Kemudian ia mendorong Martha duduk dan kembali mengikat tangan Martha ke belakang, kemudian mengikat kaki Martha erat-erat. Kemudian tubuh Martha didorongnya ke bawah meja kasir hingga tidak terlihat dari luar.
Sambi terus mengumam terima kasih Dan sigelandangan tadi berjalan sempoyongan sambil membawa beberapa botol bir keluar dari toko. Martha terus saja menangis, merintih merasakan sperma gelandangan tadi mengalir keluar dari anusnya. Lama kemudian Martha jatuh pingsan karena kelelahan dan shock Berat. Dan tersadar ketika Ia ditemukan oleh rekan kerjanya yang masuk pukul 7 pagi.,,,,,,,,,,,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar