Sabtu, 15 April 2023

petualang si joni bagian 1

 

slot gacor hari ini, slot gacor, slot maxwin

Keramaian pasar di kota kecil hari itu terlihat sangat biasa. Para pedagang sayur-mayur dan buah-buahan tampak menjajakan dagangannya seperti biasa. Tidak luput penjual daging yang menggantungkan daging sapi dan kambing yang memerah segar seperti hendak memaksa para pembeli untuk segera membeli walaupun harganya saat ini sudah melangit.

Angkot tampak berbaris menunggu penumpang, dan timer berteriak-teriak mencari penumpang, sehingga turut meramaikan suara-suara bising di sekitar pasar. di seberang pasar deretan ruko toko obat, kelontong dan alat elektronik berjajar dan tidak pernah sepi pembeli walaupun di kota kecil di daerah jawa tengah, seakan perekonomian begitu hidup dan makmur.  nagapoker link alternatif

Tiga sekawan, Joni dan anak buahnya Ipul alias Gondrong, serta Edi alias Gentong berjalan di antara barisan angkot. Si Edi sesekali memukul body angkot, iseng. Joni terkenal sebagai ketua ormas yang menguasai seluruh urusan keamanan di kota kecil itu. Sudah turun temurun keluarga Joni dikenal sebagai pendekar yang tidak terkalahkan. Bahkan sempat pernah ia ditantang pendekar silat dari berbagai kota, dan hasilnya sebagian pendekar itu pulang dalam peti mayat dan sisanya menjadi pengemudi kursi roda.

Rambut cepak berkulit sawo matang cenderung coklat tua, wajahnya di hiasi oleh kumis dan janggut tipis, matanya tajam menyiratkan wibawa, serta selalu menyelipkan keris di punggungnya. Baju jarik dan celana jeans dipadu dengan kaos putih seakan Joni tidak pernah berganti pakaian, namun sesungguhnya Joni memiliki beberapa pakaian yang sama,sebagai identitas dirinya.

Beda dengan si Ipul alias Gondrong. Di balik rambut gondrongnya yang berombak dengan panjang sebahu yang selalu dibiarkan tergerai, serta kumis dan brewok. Tatapan matanya tidak setajam Joni, dan bibirnya selalu menyunggingkan senyum ramah terutama kepada wanita yang berpapasan dengannya.

Beda dengan Edi alias Gentong. Rambutnya lurus dan tertata rapi, serta kaos ketat yang entah kenapa selalu menjadi ciri khasnya sehingga membuat perut gendutnya terlihat semakin membundar. Kumis ala kaisar Ming menghiasi wajah lucunya yang terlihat menggemaskan walaupun tingkah polahnya dibuat-buat supaya orang takut kepadanya.

Mereka bertiga sudah 35 tahun berteman, bahkan bisa dibilang sudah seperti saudara kandung. Jadi tiga sekawan inilah yang saat ini menjadi kepala keamanan di kota kecil itu. Polisi bahkan TNI pun segan kepada mereka, karena keluarga Joni sudah beranak-pinak dan menjadi jawara di kota itu sejak jaman penjajahan Belanda. Maka tidak heran kalau kasus pembunuhan bahkan perkosaan yang melibatkan geng Joni, tidak pernah ditindak-lanjuti oleh kepolisian.

Warga kota dan desa sekitarnya sepertinya aman dikelola oleh ormas pimpinan Joni. Selama taat bayar “pajak preman” ,maka tidak akan terjadi apa-apa. Kalaupun telat bayar bisa berhutang dengan menggadaikan surat kendaraan, toko, atau sawah. Dibalik penampilannya sebenarnya Joni pun kadang tidak tega dengan orang-orang yang sedang mengalami kesusahan, oleh karena itu ia menekankan kepada anggota ormas agar tidak terlalu memaksa, apalagi kepada pedagang kecil yang hanya berjualan sayur atau buah.

Mereka bertiga masuk ke toko obat milik Pak Wong. Pak Wong adalah keturunan Cina yang sudah sejak muda berjualan obat di pasar itu. Pak Wong sudah tujuh bulan tidak bayar iuran keamanan rutin, karena istrinya sakit keras dan membutuhkan biaya pengobatan. Pak Wong langsung bangkit dari kursi kayunya, ketika tiga sekawan itu menghampiri tokonya.

“Gimana, Koh?” sapa Joni tanpa basa-basi.
“Aduh, Mas Joni, maaf.” Pak Wong tampak memelas.
“Maaf, melulu kapan mau bayar? Mau aku obrak-abrik ini toko.” Gentong langsung nyerocos dengan lagak sengaknya.

“Begini, saya cuma bisa bayar tunggakan untuk 1 setengah bulan saja. Kemarin, Saya baru gadai surat toko saya.” Pak Wong berkata sambil mengeluarkan amplop putih.

“Dasar Cina pelit! Baru katanya baru gadai toko.” Gentong nyerocos lagi dengan kasar.

Joni memberi tanda agar si gentong diam. Gentong pun langsung beringsut mundur. Sebenarnya si Gentong ini penakut hanya lagaknya saja belagu.

“Istri saya baru operasi lusa lalu. Syukurlah, kondisinya sudah mulai membaik. Boleh ya, Mas Joni?” kata Wong sambil membetulkan letak kacamatanya karena gugup.

“Kapan sisanya?” kata Joni sambil mengambil amplop ditangan Pak Wong.

“Kalau istri saya sudah membaik dan boleh pulang, semoga bulan depan bisa saya lunasi tunggakan. Janji deh. Saya juga sudah berusaha pinjam dari kakak saya di Jakarta.” Kata Pak Wong dengan nada memelas.

Si Gondrong mencolek Joni sambil mengarahkan matanya kepada Meylan anak Pak Wong yang sedari tadi sibuk mencatat stock obat di rak.

Meylan berkulit putih dengan rambut panjang sepinggang. Dari balik tshirt orange nya tampak gundukan payudara yang terlihat menantang, apalagi dari tempat Gondrong berdiri dapat dengan jelas melihat belahan buah dada ranum, tidak besar tapi kencang. Celana ketatnya membuat lelaki manapun pasti memuji keindahan lekuk tubuh Meylan yang saat itu berusia 22 tahun.

“Ya udah, urus deh!” kata Joni kepada Gondrong. “Tempat biasa.”

Tanpa basa-basi si Joni berbalik meninggalkan toko sambil menarik si Gentong yang sedari tadi berdiri bertolak pinggang, seakan menakut-nakuti orang-orang yang lalu lalang di sekitar toko.

Gentong duduk bersandar sambil menikmati kepulan asap rokok kawungnya. Tempat ia bersandar adalah sebuah gang dengan terlihat pintu-pintu berjejer. Pintu-pintu itu adalah kamar-kamar kecil yang disewakan. Kalau malam tiba daerah belakang pasar itu menjadi tempat prostitusi pelacur kelas teri. Tidak hanya kamar namun terdapat bar-bar kecil yang menawarkan minuman keras. Geng Joni memiliki asset dari kamar-kamar yang disewakan, sehingga bebas bagi mereka menggunakan kamar-kamar itu.

Masih berpakaian lengkap, Meylan duduk sambil menangis sesengukan di pinggir ranjang. Si Gondrong berlutut didepan gadis itu, merayunya supaya tidak menangis. Memang biasanya kalau ada orang menunggak geng Joni minta bayaran hal lain, kalau tidak sanggup bayar dengan surat kendaraan atau rumah, biasanya dibayar dengan istri atau anak para penungggak.

Meylan teringat kata-kata ayahnya sewaktu si Gondrong mengajukan syarat. Ini semua demi ibunya dan kelangsungan hidup keluarganya. Meylan jelas-jelas menolak namun ayahnya memaksa dan memohon. Sebagai anak yang patuh pada orang tua, tidak tega melihat kondisi keluarganya. Ia pun juga harus menanggung malu apalagi sampai diketahui oleh keluarga Aliang, pacarnya. Maka sepanjang perjalanan bersama Gondrong ke belakang pasar tadi Meylan menahan tangisnya dengan menunduk menutupi wajahnya, supaya tidak menjadi pembicaraan orang-orang yang melihatnya berjalan dengan Gondrong. Walaupun ia yakin ada beberapa orang yang sudah tahu, Jika ada wanita yang ikut si Gondrong berarti si wanita akan segera “dipakai”. Hal yang menjadi rahasia dan rumor umum di kalangan penghuni pasar, namun mereka enggan membicarakan hal tersebut karena takut didengar geng Joni.

“Sudahlah, kamu nikmatin aja. Mas Joni baik kog. Toh ini demi keluarga kamu.” Si Gondrong merayu sambil memegang kedua paha bulat gadis itu.

Saat itu hanya mereka berdua saja didalam kamar. Joni entah sedang pergi kemana. Si Gentong di suruh tunggu diluar, karena si gendut cabul itu suka nyerocos sembarangan dan kasar, bisa tambah runyam nanti sebelum menikmati menu utama.

Sebenarnya si Gondrong ingin segera melibas gadis itu, merobek bajunya, menyodok dan menyemprotkan peju-nya berliter-liter di dalam memek perempuan itu. Tapi si Gondrong orang yang setia kawan, selain itu posisi Joni adalah atasannya. Selama tidak ada perintah, maka ia tidak akan bertindak. Biar Joni duluan yang harus menikmati hasil jarahan siang itu.

“Jangan nangis gitu dong.” Si Gondrong berusaha menyingkirkan kedua tangan Meylan yang menutupi wajah cantik gadis itu. “Jelek kamu kalau nangis.”

Pintu terbuka. Gondrong langsung menoleh, ketika Joni masuk. Wajah Joni tampak kesal. Gondrong tau, Joni pasti abis ribut sama orang lain yang juga menunggak iuran. Seingatnya, mereka punya tagihan kepada 3 orang lagi yang menunggak iuran.

“ASU itu si Joko. Besok kalo sampai nggak bayar tak pecahin kepalanya!” umpat Joni kesal.

Gondrong segera berdiri, dan menunjuk Meylan yang masih sesegukan “Nih, jaminannya.”

“Kamu diluar deh!” perintah Joni. “Si Gentong jagain tuh! Ntar ngintip lagi dia.”

Gondrong keluar kamar dan menutup pintu. Dilihatnya si Gentong yang duduk sambil menggoda cewek pelacur pasar yang lewat. Gondrong hafal betul pelacur-pelacur kelas teri di pasar, hampir semuanya pernah ia cicipi dan GRATIS dengan asuransi perlindungan dari geng Joni. Gondrong mencolek Gentong meminta rokok. Si Gentong memberikan tembakau yang dicampur ganja, beserta papier nya. Segera Gondrong melintingnya.

Terdengar teriakan bercampur tangisan histeris dari dalam kamar, tanda si Joni sudah beraksi menggarap Meylan. Perempuan yang berjalan lewat di depan Gondrong sampai terlonjak kaget mendengar teriakan itu, ia melihat kearah pintu tempat di mana mereka berdua duduk. nagapoker link alternatif

“Apa kamu liat-liat! Mau juga!” Si Gentong langsung membentak perempuan itu.

Perempuan itu langsung cepat-cepat melangkahkan kaki meninggalkan daerah itu. Tidak perlu tahu apa yang terjadi, karena di daerah itu hampir setiap hari ada perempuan baru yang diperkosa dan dijadikan pelacur. Teriakan dan raungan wanita diperkosa seakan menjadi suara wajib di lorong prostitusi itu.

**************

Joni hanya mengenakan celana dalam saja. Tubuh kekar berototnya menindih tubuh Meylan dari belakang, yang masih berpakaian lengkap. Meylan meronta, memukul, menendang, berteriak histeris. Namun Joni yang mahir memperkosa wanita seakan menikmati hal itu. Pukulan dan tendangan Meylan mampu diredamnya. Wanita itu menjerit-jerit histeris,berusaha bangkit. Joni memegang celana jeans ketat wanita itu dari belakang. Menikmati pinggang ramping Meylan. Sambil tangannya berusaha meraih kancing celana jeans perempuan itu. Ketika diraihnya kancing jeans Joni dengan cepat membukanya beserta ritsletingnya. Kemudian ia langsung mengambil posisi duduk disambil menarik celana itu. Terang saja Meylan langsung berbalik hendak menendang Joni. Tapi Joni sangat cepat. Ia menarik ujung celana Jeans sehingga melorot sampai ke lutut gadis itu. Meylan berusaha menahan celananya, terjadilah tarik menarik antara mereka. Joni melepaskan ujung celana jeans dan kemudian, menerkam, menindih perempuan itu. Tangan Joni dengan cepat menyusup di balik kaos merah Meylan menjalari perut putih mulus dengan cepat dan meremas payudara yang masih terbungkus bra. Meylan gelagapan lupa dengan celananya berusaha menyingkirkan tangan kiri Joni yang sudah berada di payudaranya tapi gagal karena tangan Joni berada di balik bajunya.

Meylan sudah tidak bisa menendang lagi karena kakinya terhalang celana panjangnya. Tangan kanan Joni sudah meraih selangkangan gadis itu yang masih terbalut celana dalam putih.

Meylan berusaha meronta tapi tangan lelaki di atasnya lebih kuat mencengkram dan meremas payudara dan selangkangannya. Nafas perempuan itu ngos-ngosan dan kehabisan tenaga sehingga serangan Meylan mengendur.

Sedangkan tangan kanan Joni sudah bermain di vagina yang masih terbalut celana dalam putih itu. Meylan menggelinjang kecil ketika kewanitaannya disentuh tangan Joni.

Melihat lawannya sudah terlihat pasrah tidak berdaya. Joni beringsut meneruskan menarik celana panjang Meylan yang masih tersangkut. Ketika celananya lepas, Meylan berbalik badan berusaha merangkak bangkit. Joni dengan cepat meraih mata kaki perempuan itu, ditariknya sehingga perempuan itu terjerembab tengkurap di ranjang. Joni meraih celana dalam putih dan di tariknya hingga terlepas melintasi paha putih mulus gadis itu. Meylan berusaha meraih celana dalamnya, ia tidak mau kehilangan keperawanannya. KREK! Joni menarik celana dalam tipis itu sampai robek. Kemudian ia menindih perempuan yang masih tengkurap itu.

Meylan megap-megap karena kehabisan nafas dan tenaga. Dibiarkannya tangan joni meremas-remas pantat mulusnya.

Joni langsung memelorotkan celana dalamnya, mengeluarkan penisnya yang sudah ngaceng. Ia langsung menggesek penisnya di belahan pantat Meylan.

Gadis itu kaget dengan benda bulat besar dan keras yang berada di belahan pantatnya. Ia pernah melihat dan mengocok penis Aliang pacarnya, dan ia tahu pasti yang berada di pantatnya sekarang adalah penis si Joni.

Joni membuka paha gadis itu dengan menggunakan kedua kakinya. Meylan sudah kehabisan tenaga, sehingga tidak mampu menolak lebih jauh.

Joni meletakkan kepala penisnya diujung pintu masuk vagina wanita itu.

“Jangan..jangan.” Meylan bersuara lemah dengan serak.

Bagi lelaki yang sudah pengalaman seperti Joni, tahu letak lubang vagina tanpa harus melihat. Joni memaksakan penisnya masuk ke dalam vagina sempit gadis tionghoa itu.

“Arggg….Sakiiittt…..aaaahh..” Meylan mengaduh.

Apa daya ia sudah kehabisan tenaga, Meylan merasakan penis bulat dan panas memasuki liang vaginanya.

Joni merasakan penisnya menembus selaput dara perempuan itu, dan terus merangsek masuk ke dalam vagina peret yang sangat sempit itu.

Meylan sudah pasrah ia sudah tidak sanggup berteriak ketika dirasanya penis itu merobek selaput daranya. Rasa perih tidak terperi dirasakannya, namun ia sudah tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah ketika benda bulat tumpul itu memenuhi seluruh liang vaginanya. Tangan kanan Meylan erat mencengkeram tiang ranjang karena merasakan sakit di selangkangannya. Joni mendesak penisnya dengan paksa agar masuk mentok ke ujung liang vagina.

“Auuughhh…”Meylan mengaduh.

Joni menghela nafas ketika penisnya sudah masuk mentok di ujung rahim Meylan. Joni memang sudah berpengalaman dalam hal memperawani perempuan. Setelah masuk ia mendiamkan dulu titit nya supaya Meylan tidak merasa terlalu sakit. Dibelai-belainya rambut hitam panjang perempuan itu yang terlihat acak-acakan. Mengelusi punggung mulus di balik kaos Meylan dan melepas tali bra, supaya nanti mudah untuk meremasi tetek perempuan ini. Halus sekali kulit perempuan ini, pikir Joni.

“ssst…aduh” Meylan mengaduh, ketika Joni mulai menggesek penisnya di memek Meylan. Rasa perih kembali dirasakan perempuan itu, tapi tidak seperih pertama kali ketika titit Joni merengut keperawanannya. Joni sangat gentle dalam memberi kenyamanan bercinta apalagi kepada wanita yang baru pertama kali berhubungan sex. Pelan dan teratur Joni menggesek penis nya di vagina sempit dan lembab. Rintihan Meylan didengarnya sebagai sebuah orkestra yang menjadi indicator goyangannya.

Meylan merasakan perih berangsur-angsur hilang, perlahan digantikan dengan rasa seperti kesemutan di seluruh tubuhnya. Rasa kesemutan mulai berubah menjadi rasa geli. Sementara Joni merasakan vagina si gadis mulai becek tanda sudah mulai hilang rasa kuatir si gadis. Joni mulai menaikkan kecepatan berlahan-lahan. Rintihan Meylan mulai berubah menjadi desahan. Legitnya vagina perempuan itu membuat Joni seakan tidak mau melepaskan tititnya dari dalam lubang kenikmatan sempit yang mulai becek itu.

“Ahhh….aahhh..eegggkk…” Meylan mendesah, ia merasakan tubuhnya seperti disengat listrik yang mengalir dari ujung kemaluannya sampai keubun-ubun. Tubuh Meylan kelojotan sebentar, kedua tangannya mencengkeram seprai, ia megap-megap dan kemudian melemas tanda orgasme pertamanya didapatkannya. Joni mendiamkan penisnya di dalam vagina meylan ketika dirasakan rasa hangat memenuhi liang vagina perempuan itu. Inilah yang enak bagi Joni, adalah ketika merasakan wanita orgasme pertama kali, penis nya terasa di sedot-sedot dan di urut-urut oleh liang yang masih sempit itu. Joni langsung memacu kontol nya, Meylan berteriak blingsatan lagi, karena rasa gatal menyelimuti kembali tubuhnya. Joni menyodok dalam-dalam penisnya sampai mentok.

“arrgghh..makan….biar bunting lo!” Joni mengerang ketika pejunya muncrat di dalam vagina Meylan.

Sementara Meylan merasakan dibagian perutnya rasa panas akibat semprotan peju Joni.

Joni langsung melemas. Ia mengelus-mengelus punggung yang masih tertutup kaos berwarna orange itu. Meylan masih tengkurap. Ia sudah pasrah, untung saja sebelum berangkat ayahnya menyuruh minum pil KB supaya nggak bunting.

Joni mengeluarkan penisnya yang sudah loyo itu dari vagina Meylan. Cairan putih bercampur darah perawan, ikut keluar dari dalam lubang vagina perempuan itu. Joni mengambil sobekan celana dalam Meylan yang teronggok di pinggir ranjang , kemudian mengelap penisnya yang penuh darah perawan perempuan itu.

“Ini sisa perawan kamu.” Joni menunjukkan kain yang merah karena bercak darah. “kamu simpan gih, sapa tau bisa buat jimat.” Joni melempar kain itu ke Meylan.

Perempuan itu berbalik duduk sambil menatap selangkangannya. Tidak henti-hentinya cairan lendir keluar dari dalam vaginanya. Banyak sekali peju yang di semprot Joni tadi rupanya.

Joni beringsut ke belakang Meylan. Ia meraih kaos orange yang masih dipakai gadis itu. Joni melepaskan kaos Meylan, tanpa penolakan dari perempuan itu. Kemudian ditariknya bra sehingga kini Meylan telanjang bulat. Buah dadanya putih bulat dengan putting coklat dan pentil yang masih kecil tampak menantang untuk di hisap. Joni kemudian meremas toket itu dari belakang, jari jemarinya mempermainkan putting susu Meylan.

Meylan sudah pasrah, ia menikmati permainan Joni. Joni membaringkan tubuh perempuan itu, kemudian menyerbu payudara yang masih kencang dan kenyal itu, di hisap dan di permainkan lidahnya di puting susu sehingga Meylan menggelinjang. Joni menjilati tubuh putih mulus milik gadis keturunan cina itu, sehingga makin menggelinjang.

Penis Joni ngaceng lagi. Dibukanya paha Meylan, dan ditindihnya putih mulus itu, kemudian dengan mudah Joni menyodok penisnya di vagina yang sudah becek oleh air maninya tadi.

Meylan pasrah ia melingkarkan kedua tangannya memeluk Joni, ketika Joni menggesek titit nya di liang vaginanya, dirasakannya rasa geli dan gatal kembali menguasai tubuhnya.

********************

“Tadi kamu ngintip ya?” Kata Joni. Ia keluar pintu kamar.

“Nggak aku dari tadi disini.” Gentong yang lagi duduk sambil melinting rokok berkata dengan nada gugup.

Joni sudah selesai menggagahi Meylan. Ia sudah berpakaian, sedangkan perempuan itu ditinggal masih dalam keadaan telanjang di dalam kamar.

Sebenarnya Gentong memang tadi ngintip, karena dilihatnya Joni sudah selesai, ia segera berpura-pura melinting rokok. Memang keahlian si Gentong untuk ngintip, entah Joni atau Gondrong dapet jarahan, ia selalu ngintip. Nggak pernah si Gentong dapet jatah duluan karena kalau nggak Joni atau Gondrong yang dapet duluan.

“Si Gondrong mana?” Joni melihat sekeliling.

Hari sudah mulai gelap. Lampu-lampu bar remang-remang mulai dinyalakan. Sebagian sudah mulai pasang musik dangdut. Semerbak wangi parfum murahan dari perek-perek kelas teri bergincu tebal membuai siapa pun yang melewati lorong maksiat itu. Dari dalam pintu-pintu rumah bordil yang berderet di sepanjang lorong itu, mereka keluar, siap untuk memangsa birahi para lelaki.

“Tadi ke situ.” Gentong menunjuk sebuah rumah bordil yang ada seorang pelacur gemuk berdiri di depannya. “Nggak tahan nungguin Boss. Paling maen sama si Inah langganan dia.” Gentong menyalakan rokoknya.

“Aku balik dulu, tuh kalo mau, mumpung masih telanjang.” Si Joni berjalan meninggalkan si Gentong.

Gak perlu dua kali disuruh, walau badan gemuk, kalau urusan ngewe si Gentong langsung sigap dan lincah. Dibuangnya rokok yang baru dinyalakannya.

Ia segera masuk ke dalam kamar. Dilihatnya Meylan masih tergeletak bugil. Lemas di atas ranjang. Dari bibir vaginanya yang ditumbuhi rimbunan jembut tampak sisa sperma Joni yang belum di bersihkan.

Gentong langsung telanjang kemudian naik ke ranjang dan meremas-remas buah dada putih Meylan. Meylan sendiri sudah pasrah. Di ronde dua tadi, entah berapa kali ia sudah dibuat orgasme oleh Joni sepanjang permainan. Otot-otot tubuhnya seperti berlolosan dan lemas.

Gentong menindih tubuh putih mulus itu.

“hegh…” Meylan merasakan tubuh gendut itu berat menindih badannya.

Gentong mengarahkan tititnya ke dalam vagina Meylan. Tititnya dengan lancar masuk ke dalam vagina yang becek oleh air mani Joni.

“Huff…” Meylan mendesah ketika penis si Gentong masuk.

Laki-laki gendut itu segera bergoyang. Bau keringat si Gentong membuat Meylan tidak tahan. Tapi apa daya ia sudah tidak bertenaga. Mungkin habis ini si Gondrong yang ambil bagian. Tiba-tiba dirasakannya cairan panas menyembur di dalam vaginanya. Rupanya si Gentong sudah keluar. Cepat sekali tidak seperti Joni tadi, pikir si Meylan.

Si Gentong mendengus-dengus ketika penisnya mengeluarkan cairan maninya di dalam vagina sempit dan becek itu. Tidak berapa lama, laki-laki gemuk itu mengeluarkan tititnya yang sudah loyo. Tambah becek memek Meylan yang sudah dipenuhi air mani laki-laki bangsat itu.

Gentong segera bergulir di samping Meylan. Ia bersiap untuk ronde kedua.

Tiba-tiba pintu terbuka. Si Gondrong masuk. Rupanya si Gentong lupa mengunci pintu saking semangatnya.

“Eh, dipanggil Kang Joni tuh.” Kata Gondrong.

“Lah katanya mau pulang tuh orang?” Sahut Gentong.

“kayak nggak tau aja. Sana! Ntar dia ngamuk repot.”

Dengan enggan Gentong bangkit, padahal belum puas, tapi ya udahlah, yang penting udah croot. Ia segera berganti pakaian dan berjalan keluar kamar.

Si Gondrong berdiri melihat tubuh telanjang Meylan. Ia berjalan menghampiri ranjang. Kemudian memunguti celana dan baju Meylan yang bertebaran di lantai. Diberikannya kepada perempuan itu.

“mandi gih sana! Biar aku antar pulang. Kalau malam daerah sini rawan, bisa diperkosa lagi nanti kamu.” Kata Gondrong kepada perempuan itu.

Meylan sempat kaget, dipikirnya lelaki itu hendak menggaulinya lagi. Ternyata si Gondrong baik juga. Meylan segera memaksakan diri untuk bangkit, ia berharap si Gondrong tidak berubah pikiran. Diluar dugaannya si Gondrong membantunya turun dan memapahnya ke kamar mandi karena awalnya Meylan agak sulit jalan akibat rasa perih di vaginanya yang muncul kembali. nagapoker link alternatif

Si Gondrong sudah 2 ronde dengan Inah pelacur kelas teri di rumah bordil di dekat situ. Maka dari itu walau melihat tubuh putih mulus Meylan, si Gondrong enggan menyentuhnya karena nafsunya sudah tersalurkan tadi.

Setelah membersihkan diri seadanya dan Meylan berpakaian. Si Gondrong mengantarkan Meylan sampai ke rumahnya. Ternyata baik juga si Gondrong, pikir Meylan dalam hati. Sepanjang perjalanan dirasakannya bagian selangkangannya masih sedikit perih akibat di hajar titit Joni tadi.

Bersambung ke bagian 2

Jumat, 14 April 2023

menikmati tante hyper

 

slot gacor hari ini, slot gacor, slot maxwin

Panggil saja aku Ade, panggilan sehari-hari meski aku bukan anak bontot. Aku murid SMU kelas 3. Aku tinggal di sebuah perumahan di Jakarta. Daerahnya mirip-mirip di PI deh, tapi bukan perumahan “or-kay” kok. Sekitar beberapa bulan lalu, rumah kontrakan kosong di sebelah kiri rumahku ditempati oleh keluarga baru. Awalnya mereka jarang kelihatan, namun sekitardua minggu kemudian mereka sudah cepat akrab dengan tetangga?tetangga sekitar. Ternyata penghuninya seorang wanita dengan perkiraanku umurnya baru 30-an, anak perempuannya dan seorang PRT. Nama lengkapnya aku tidak tahu, namun nama panggilannya Tante Yana.

Anaknya bernama Anita, sepantaran denganku, siswi SMU kelas 3. Ternyata Tante Yana adalah janda seorang bulekalau tidak salah, asal Perancis. Sikapnya friendly, gampang diajak ngobrol. Tapi, yang paling utama adalah penampilannya yang “mengundang”. Rambutnya ikal di bawah telinga. Kulitnya coklat muda. Bodinya tidak langsing tapi kalau dilihat terus, malah jadi seksi. Payudaranya juga besar. Taksiranku sekitar 36-an.

Yang membikin mengundang adalah Tante Yana sering memakai baju sleeveless dengan celana pendek sekitar empat jari dari lutut. Kalau duduk, celananya nampak sempit oleh pahanya. Wajahnya tidak cantik?cantik amat, wajah ciri khas Indonesia, tipe yang disuka orang-orang bule. Seperti bodinya, wajahnya juga kalau diperhatikan, apalagi kalau bajunya agak “terbuka”, malah jadi muka?muka ranjang gitu deh. Dari cara berpakaiannya aku mengira kalau Tante Yana ituhypersex. Kalau Anita, kebalikan ibunya. Wajahnya cantik Indo, dan kulitnya putih. Rambutnya hitam kecoklatan, belah pinggir sebahu. Meski buah dadanya tidak terlalu besar, kecocokan pakaiannya justru membuat Anita jadi seksi. Nampaknya aku terserang sindrom tetangga sebelah nih.
Berhari-hari berlalu, nafsuku terhadap Tante Yana semakin bergolak sehingga aku sering nekat ngumpet di balik semak-semak, onani sambil melihati Tante Yana kalau sedang di luar rumah. Tapi terhadap Anita, nafsuku hanya sedikit, itu juga karena kecantikannya dan kulit putihnya. Nafsu besarku kadang-kadang membuatku ingin menunjukkan batangku di depan Tante Yana dan onani didepan dia. Pernah sesekali kujalankan niatku itu, namun pas Tante Yana lewat, buru-buru kututup “anu”-ku dengan baju, karena takut tiba-tiba Tante Yana melapor sama ortu. Tapi, kenyataannya berbeda. Tante Yana justru menyapaku, (dan kusapa balik sambil menutupi kemaluanku), dan pas di depan pagar rumahnya, ia tersenyum sinis yang menjurus ke senyuman nakal. “Ehem.. hmm..” dengan sorotan mata nakal pula. Sejenak aku terbengong dan menelan ludah, serta malah tambahnafsu.

Kemudian, pada suatu waktu, kuingat sekali itu hari Rabu. Saat aku pulang kuliah dan mau membuka pagar rumah, Tante Yana memanggilku dengan lembut, “De, sini dulu.. Tante bikinin makanan nih buat papa-mamamu.” Langsung saja kujawab, “Ooh, iya Tante..” Nafasku langsung memburu, dan dag dig dug. Setengah batinku takut dan ragu-ragu, dan setengahnya lagi justru menyuruh supaya “mengajak” Tante Yana. Tante Yana memakai baju sleeveless hijau muda, dan celana pendek hijau muda juga. Setelah masuk ke ruang tamunya, ternyata Tante Yana hanya sendirian, katanya pembantunya lagi belanja. Keadaan tersebut membuatku semakin dag dig dug. Tiba-tiba tante memanggilku dari arah dapur, “De, sini nih.. makanannya.” Memang benar sih, ada beberapa piring makanan di atas baki sudah Tante Yana susun.

Saat aku mau mengangkat bakinya, tiba-tiba tangan kanan Tante Yana mengelus pinggangku sementara tangan kirinya mengelus punggungku. Tante Yana lalu merapatkan wajahnya di pipiku sambil berkata, “De, mm.. kamu.. nakal juga yah ternyata..” Dengan tergagap-gagap aku berbicara, “Emm.. ee.. nakal gimana sih Tante?” Jantungku tambah cepat berdegup. “Hmm hmm.. pura-pura nggak inget yah? Kamu nakal.. ngeluarin titit, udah gitu ngocok-ngocok..”Tante Yana meneruskan bicaranya sambil meraba-raba pipi dekat bibirku. Kontan saja aku tambah gagap plus kaget karena Tante Yana ternyata mengetahuinya. Itulah sebabnya dia tersenyum sinis dan nakal waktu itu. Aku tambah gagap, “Eeehh? Eee.. itu..” Tante Yana langsung memotong sambil berbisik sambil terus mengelus pipiku dan bahkan pantatku. “Kamu mau yah sama Tante? Hmm?” Tanpa banyak omong-omong lagi, tante langsung mencium ujung bibir kananku dengan sedikit sentuhan ujung lidahnya.

Ternyata benar perkiraanku, Tante Yana hypersex. Aku tidak mau kalah, kubalas segeraciumannya ke bibir tebal seksinya itu. Lalu kusenderkan diriku di tembok sebelah wastafel dan kuangkat pahanya ke pinggangku. Ciuman Tante Yana sangat erotis dan bertempo cepat. Kurasakan bibirku dan sebagian pipiku basah karena dijilati oleh Tante Yana. Pahanya yang tadi kuangkat kini menggesek-gesek pinggangku. Akibat erotisnya ciuman Tante Yana, nafsuku menjadi bertambah. Kumasukkan kedua tanganku ke balik bajunya di punggungnya seperti memeluk, dan kuelusi punggungnya. Saat kuelus punggungnya, Tante Yana mendongakkan kepalanya dan terengah. Sesekali tanganku mengenai tali BH-nya yang kemudian terlepas akibat gesekan tanganku. Kemudian Tante Yana mencabut bibirnya dari bibirku, menyudahi ciuman dan mengajakkuuntuk ke kamarnya.

Kami buru-buru ke kamarnya karena sangat bernafsu. Aku sampai tidak memperhatikan bentuk dan isi kamarnya, langsung direbah oleh Tante Yana dan meneruskan ciuman. Posisi Tante Yana adalah posisi senggama kesukaanku yaitu nungging. Ciumannya benar-benar erotis. Kumasukkan tanganku ke celananya dan aku langsung mengelus belahan pantatnya yang hampir mengenai belahan vaginanya. Tante Yana yang hyper itu langsung melucuti kaosku dengan agak cepat. Tapi setelah itu ada adegan baru yang belum pernah kulihat baik di film semi ataupun di BF manapun. Tante Yana meludahi dada abdomen-ku dan menjilatinya kembali. Sesekali aku merasa seperti ngilu ketikalidah Tante Yana mengenai pusarku. Ketika aku mencoba mengangkat kepalaku, kulihat bagian leher kaos tante Yana kendor, sehingga buah dadanya yang bergoyang-goyang terlihat jelas. Kemudian kupegang pinggangnya dan kupindahkan posisinya ke bawahku. Lalu, kulucuti kaosnya serta beha nya, kulanjutkan menghisapi puting payudaranya. Nampak Tante Yana kembali mendongakkan kepalanya dan terengah sesekali memanggil namaku.

Sambil terus menghisap dan menjilati payudaranya, kulepas celana panjangku dan celana dalamku dan kubuang ke lantai. Ternyata pas kupegang “anu”-ku, sudah ereksi dengan level maksimum. Sangat keras dan ketika kukocok-kocok sesekali mengenai dan menggesek urat-uratnya. Tante Yana pun melepas celana-celananya dan mengelusi bulu-bulu dan lubang vaginanya. Ia juga meraup sedikit mani dari vaginanya dan memasukkan jari-jari tersebut ke mulutku. Aku langsung menurunkan kepalaku dan menjilati daerah “bawah” Tante Yana. Rasanya agak seperti asin-asinditambah lagi adanya cairan yang keluar dari lubang “anu”-nya Tante Yana. Tapi tetap saja aku menikmatinya. Di tengah enaknya menjilat-jilati, ada suara seperti pintu terbuka namun terdengarnya tidak begitu jelas. Aku takut ketahuan oleh pembantunya atau Anita.

Sejenak aku berhenti dan ngomong sama Tante Yana, “Eh.. Tante..” Ternyata tante justru meneruskan “adegan” dan berkata, “Ehh.. bukan siapa-siapa.. egghh..” sambil mendesah. Posisiku kini di bawah lagi dan sekarang Tante Yana sedang menghisap “lollypop”. Ereksikusemakin maksimum ketika bibir dan lidah Tante Yana menyentuh bagian-bagian batangku. Tante Yanamengulangi adegan meludahi kembali. Ujung penisku diludahi dan sekujurnya dijilati perlahan. Bayangkan, bagaimana ereksiku tidak tambah maksimum?? Tak lama, Tante Yana yang tadinya nungging, ganti posisi berlutut di atas pinggangku. Tante Yana bermaksud melakukan senggama. Aku sempat kaget dan bengong melihat Tante Yana dengan perlahan memegang dan mengarahkan penisku ke lubangnya layaknya film BF saja. Tapi setelah ujungnya masuk ke liang senggama, kembali aku seperti ngilu terutama di bagian pinggang dan selangkanganku dimana kejadian itusemakin menambah nafsuku.

Tante mulai menggoyangkan tubuhnya dengan arah atas-bawah awalnya dengan perlahan. Aku merasa sangat nikmat meskipun Tante Yana sudah tidak virgin. Di dalam liang itu, aku merasa adacairan hangat di sekujur batang kemaluanku. Sambil kugoyangkan juga badanku, kuelus pinggangnya dan sesekali buah dadanya kuremas-remas. Tante Yana juga mengelus-elus dada dan pinggangku sambil terus bergoyang dan melihatiku dengan tersenyum. Mungkin karena nafsu yang besar, Tante Yana bergoyang sangat cepat tak beraturan entah itu maju-mundur atau atas bawah. Sampai-sampai sesekali aku mendengar suara “Ngik ngik ngik” dari kaki ranjangnya. Akibat bergoyang sangat cepat, tubuh Tante Yana berkeringat. Segera kuelus badannya yang berkeringat dan kujilatitanganku yang penuh keringat dia itu.

Lalu posisinya berganti lagi, jadinya aku bersandar di ujung ranjang, dan Tante Yana menduduki pahaku. Jadinya, aku bisa mudah menciumi dada dan payudaranya. Juga kujilati tubuhnya yang masih sedikit berkeringat itu, lalu aku menggesekkan tubuhku yang juga sedikit berkeringat kedada Tante Yana. Tidak kupikirkan waktu itu kalau yang kujilati adalah keringat karena nafsu yang terlalu meledak. Tak lama, aku merasa akan ejakulasi. “Ehh.. Tante.. uu.. udaahh..” Belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku, Tante Yana sudah setengah berdiri dan nungging di depanku. Tante Yana mengelus-elus dan mengocok penisku, dan mulutnya sudah ternganga dan lidahnya menjulur siap menerima semprotan spermaku. Karena kocokan Tante Yana, aku jadi ejakulasi. “Crit.. crroott.. crroott..” ternyata semprotan spermaku kuhitung sampai sekitar tujuh kali dimana setiap kencrotan itu mengeluarkan sperma yang putih, kental dan banyak. Sesekali jangkauan kencrotannya panjang, dan mengenai rambut Tante Yana. Mungkin ada juga yang jatuh ke sprei. Persis sekali film BF.

Kulihat wajah Tante Yana sudah penuh sperma putih kental milikku. Tante Yana yang memanghyper, meraup spermaku baik dari wajahnya ataupun dari sisa di sekujur batangku, dan memasukkan ke mulutnya. Setelah itu, aku merasa sangat lemas. Staminaku terkuras oleh Tante Yana. Aku langsung rebahan sambil memeluk Tante Yana sementara penisku masih tegak namuntidak sekeras tadi.
Sekitar seminggu berlalu setelah ML sama Tante Yana. Siang itu aku sedang ada di rumah hanya bersama pembantu (orang tuaku pulangnya sore atau malam, adikku juga sedang sekolah). Sekitar jam satu-an, aku yang sedang duduk di kursi malas teras, melihat Tante Yana mau pergi entah kemana dengan mobilnya. Kulihat Anita menutup pagar dan ia tidak melihatku. Sekitar 10 menitkemudian, telepon rumahku berdering. Saat kuangkat, ternyata Anita yang menelepon. Nada suaranya agak ketus, menyuruhku ke rumahnya. Katanya ada yang ingin diomongin.

Di ruang tamunya, aku duduk berhadapan sama Anita. Wajahnya tidak seperti biasanya, terlihat jutek, judes, dan sebagainya. Berhubung dia seperti itu, aku jadi salah tingkah dan bingung mau ngomong apa.

Tak lama Anita mulai bicara duluan dengan nada ketus kembali,
“De, gue mau tanya!”
“Hah? Nanya apaan?” Aku kaget dan agak dag dig dug.
“Loe waktu minggu lalu ngapain sama nyokap gue?” Dia nanya langsung tanpa basa-basi.
“Ehh.. minggu lalu? Kapan? Ngapain emangnya?”
Aku pura-pura tidak tahu dan takutnya dia mau melaporkan ke orang tuaku.
“Aalahh.. loe nggak usah belagak bego deh.. Emangnya gue nggak tau? Gue baru pulang sekolah, gue liat sendiri pake mata kepala gue.. gue intip dari pintu, loe lagi make nyokap gue!!”
Seketika aku langsung kaget, bengong, dan tidak tahu lagi mau ngapain, badan sudah seperti mati rasa. Batinku berkata, “Mati gue.. bisa-bisa gue diusir dari rumah nih.. nama baik ortu gue bisa jatoh.. mati deh gue.”

Anita pun masih meneruskan omongannya,
“Loe napsu sama nyokap gue??”
Anita kemudian berdiri sambil tolak pinggang. Matanya menatap sangat tajam. Aku cuma bisa diam, bengong tidak bisa ngomong apa-apa. Keringat di leher mengucur. Anita menghampiriku yang hanya duduk diam kaku beku perlahan masih dengan tolak pinggang dan tatapan tajam. Pipiku sudah siap menerima tamparan ataupun tonjokan namun untuk hal dia akan melaporkannya ke orang tuaku dan aku diusir tidak bisa aku pecahkan. Tapi, sekali lagi kenyataan sangat berbeda. Anita yang memakai kaos terusan yang mirip daster itu, justru membuka ikatan di punggungnya dan membukakaosnya. Ternyata ia tidak mengenakan beha dan celana dalam. Jadi di depanku adalah Anita yang bugil. Takutku kini hilang namun bingungku semakin bertambah. “Kalo gitu, loe mau juga kan sama gue?” Anita langsung mendekatkan bibir seksi-nya ke bibirku. Celana pendekku nampak kencang di bagian “anu”.

Kini yang kurasakan bukan ciuman erotis seperti ciuman Tante Yana, namun ciuman Anita yang lembut dan romantis. Betapa nikmatnya ciuman dari Anita. Aku langsung memeluknya lembut. Tubuh putihnya benar-benar mulus. Bulu vaginanya sekilas kulihat coklat gelap. Sesegera mungkin kulepas celana-celanaku dan Anita membuka kaosku. Lumayan lama Anita menciumiku dengan posisimembungkuk. Kukocok-kocok penis besarku itu sedikit-sedikit. Aku langsung membisikkannya, “Nit, kita ke kamarmu yuk..!” Anita menjawab, “Ayoo.. biarlebih nyaman.” Anita kurebahkan di ranjangnya setelah kugendong dari ruang tamu. Seperti ciuman tadi, kali ini suasananya lebih lembut, romantis dan perlahan. Anita sesekali menciumi dan agak menggigit daun telingaku ketika aku sedang mencumbu lehernya. Anita juga sesekali mencengkeram lenganku dan punggungku. Kaki kanannya diangkat hingga ke pinggangku dan kadang dia gesek-gesekkan. Dalam pikiranku, mungkin kali ini ejakulasiku tidak selama seperti sama Tante Yana akibat terbawa romantisnya suasana.

Dari sini aku bisa tahu bahwa Anita itu tipe orang romantis dan lembut. Tapi tetap saja nafsunya besar. Malah dia langsung mengarahkan dan menusukkan penisku ke liang senggamanya tanpa adegan-adegan lain. Berhubung Anita masih virgin, memasukkannya tidak mudah. Butuh sedikit dorongan dan tahan sakit termasuk aku juga. Wajah Anita nampak menahan sakit. Gigi atasnya menggigit bibir bawahnya dan matanya terpejam keras persis seperti keasaman makan buah mangga atau jambu yang asem. Tak lama, “Aaahh.. aa.. aahh..” Anita berteriak lumayan keras, aku takutnya terdengar sampai keluar. Selaput perawannya sudah tertembus. Aku mencoba menggoyangkan maju-mundur di dalam liang yang masih sempit itu. Tapi, aku merasa sangat enak sekali senggama di liang perawan. Anita juga ikutan goyang maju-mundur sambil meraba-raba dadaku dan mencium bibirku. Ternyata benar perkiraanku. Sedikit lagi aku akan ejakulasi. Mungkin hanya sekitar 6 menit. Meski begitu, keringatku pun tetap mengucur. Begitupun Anita.

Dengan agak menahan ejakulasi, gantian kurebahkan Anita, kukeluarkan penisku lalu kukocokdi atas dadanya. Mungkin akibat masih sempit dan rapatnya selaput dara Anita, batang penisku jadi lebih mudah tergesek sehingga lebih cepat pula ejakulasinya. Ditambah pula dalam seminggu tersebut aku tidak onani, nonton BF, atau sebagainya. Kemudian, “Crit.. crit.. crott..” kembali kujatuhkan spermaku di tubuh orang untuk kedua kalinya. Kusemprotkan spermaku di dada dan payudaranya Anita. Kali ini kencrotannya lebih sedikit, namun spermanya lebih kental. Bahkan ada yang sampai mengenai leher dan dagunya. Anita yang baru pertama kali melihat sperma lelaki, mencoba ingin tahu bagaimana rasanya menelan sperma. Anita meraup sedikit dengan agak canggung dan ekspresi wajahnya sedikit menggambarkan orang jijik, dan lalu menjilatnya.

Terus, Anita berkata dengan lugu, “Emm.. ee.. De.. kalo ‘itu’ gimana sih rasanya?” sambil menunjuk ke kejantananku yang masih berdiri tegak dan kencang. “Eh.. hmm hmm.. cobain aja sendiri..” sambil tersenyum ia memegang batang kemaluanku perlahan dan agak canggung. Tak lama, ia mulai memompa mulutnya perlahan malu-malu karena baru pertama kali. Mungkin ia sekalian membersihkan sisa spermaku yang masih menetes di sekujur batangku itu. Kulihat sekilas di lubang vaginanya, ada noda darah yang segera kubersihkan dengan tissue dan lap. Setelah selesai, aku yang sedang kehabisan stamina, terkulai loyo di ranjang Anita, sementara Anita juga rebahan di samping. Kami sama-sama puas, terutama aku yang puas menggarap ibu dan anaknya itu.

TAMAT

Selasa, 11 April 2023

berhubungan dengan TKW yang polos

slot gacor hari ini, slot maxwin, slot gacor

Empat tahun lalu aku masih tinggal dikota B. Waktu itu aku berumur 26 tahun. Aku tinggal dirumah sepupu, karena sementara masih menganggur aku iseng-iseng membantu sepupu bisnis kecil-kecilan di pasar. 3 bulan aku jalani dengan biasa saja. Hingga akhirnya secara tak disengaja aku kenal seorang pelanggan yang biasa menggunakan jasa angkutan barang pasar yang kebetulan aku yang mengemudikannya. Bu Murni namanya. Sambil ngobrol ngalor-ngidul aku antar dia sampai dirumahnya yang memang agak jauh dari pasar tempat dia berjualan kain-kain dan baju.

Sesampai dirumahnya aku bantuin dia mengangkat barang-barangnya. Mungkin karena sudah mulai akrab aku enggak langsung pulang. Toh, memang ini penumpang yang terakhir. Aku duduk saja di depan rumahnya yang sejuk, karena kebetulan ada seperti dipan dari bambu dihalaman di bawah pohon jambu. Dari dalam aku mendengar suara seperti memerintah kepada seseorang..  nagapoker apk

“Pit.. Tuh bawain air yang dikendil ke depan..,” begitu suara Bu Murni.
Aku tidak mendengar ada jawaban dari yang diperintah Bu Murni tadi. Yang ada tiba-tiba seorang gadis umur kira-kira 20 tahunan keluar dari rumah membawa gelas dan kendil air putih segar. Wajahnya biasa saja, agak mirip Bu Murni, tapi kulitnya putih dan semampai pula. Dia tersenyum..
“Mas, minum dulu.. Air kendil seger lho..” begitu dia menyapaku.
“I.. Iya.. Makasih..” balasku.

Masih sambil senyum dia balik kanan untuk masuk kembali ke dalam rumahnya. Aku masih tertegun sambil memandangnya. Seperti ingin tembus pandang saja niatku, ‘Pantatnya aduhai, jalannya serasi, lumayan deh..’ batinku.

Tak seberapa lama Bu Murni keluar. Dia sudah ganti baju, mungkin yang biasa dia pakai kesehariannya..
“Dik Wahyu, itu tadi anak saya si Pipit..” kata Bu Murni.
“Dia tuh lagi ngurus surat-surat katanya mau ke Malaysia jadi TKW.” lanjutnya. Aku manggut-manggut..

“O gitu yah.. Ngapain sih kok mau jauh-jauh ke Malaysia, kan jauh.. Nanti kalau ada apa-apa gimana..” aku menimpalinya.
Begitu seterusnya aku ngobrol sebentar lalu pamit undur diri. Belum sampai aku menstater mobil pickupku, Bu Murni sambil berlari kecil ke arahku..
“Eh dik Wahyu, tunggu dulu katanya Pipit mau ikut sampai terminal bis. Dia mau ambil surat-surat dirumah kakaknya. Tungguin sebentar ya..”

Aku tidak jadi menstater dan sambil membuka pintu mobil aku tersenyum karena inilah saatnya aku bisa puas mengenal si Pipit. Begitulah akhirnya aku dan Pipit berkenalan pertama kali. Aku antar dia mengambil surat-surat TKW-nya. Di dalam perjalanan kami ngobrol dan sambil bersendau gurau.
“Pit.., namamu Pipit. Kok nggak ada lesung pipitnya..” kataku ngeledek. Pipit juga tak kalah ngeledeknya.

“Mas aku kan sudah punya lesung yang lain.. Masak sih kurang lagi..” balas Pipit..
Di situ aku mulai berani ngomong yang sedikit nakal, karena sepertinya Pipit tak terlalu kaku dan lugu layaknya gadis-gadis didesa. Pantas saja dia berani merantau keluar negeri, pikirku.
Sesampai dirumah kakaknya, ternyata tuan rumah sedang pergi membantu tetangga yang sedang hajatan. Hanya ada anaknya yang masih kecil kira-kira 7 tahunan dirumah. Pipit menyuruhnya memanggilkan ibunya.

“Eh Ugi, Ibu sudah lama belum perginya? susulin sana, bilang ada Lik Pipit gitu yah..”
Ugi pergi menyusul ibunya yang tak lain adalah kakaknya Pipit. Selagi Ugi sedang menyusul ibunya, aku duduk-duduk di dipan tapi di dalam rumah. Pipit masuk ke ruangan dalam mungkin ambil air atau apa, aku diruangan depan. Kemudian Pipit keluar dengan segelas air putih ditangannya.
“Mas minum lagi yah.. Kan capek nyetir mobil..” katanya.

Diberikannya air putih itu, tapi mata Pipit yang indah itu sambil memandangku genit. Aku terima saja gelasnya dan meminumnya. Pipit masih saja memandangku tak berkedip. Akupun akhirnya nekat memandang dia juga, dan tak terasa tanganku meraih tangan Pipit, dingin dan sedikit berkeringat. Tak disangka, malah tangan Pipit meremas jariku. Aku tak ambil pusing lagi tangan satunya kuraih, kugenggam. Pipit menatapku.

“Mas.. Kok kita pegang-pegangan sih..” Pipit setengah berbisik.
Agak sedikit malu aku, tapi kujawab juga, “Abis, .. Kamu juga sih..”

Setelah itu sambil sama-sama tersenyum aku nekad menarik kedua tangannya yang lembut itu hingga tubuhnya menempel di dadaku, dan akhirnya kami saling berpelukan tidak terlalu erat tadinya. Tapi terus meng-erat lagi, erat lagi.. Buah dadanya kini menempel lekat didadaku. Aku semakin mendapat keberanian untuk mengelus wajahnya. Aku dekatkan bibirku hingga menyentuh bibirnya. Merasa tidak ada protes, langsung kukecup dan mengulum bibirnya. Benar-benar nikmat. Bibirnya basah-basah madu. Tanganku mendekap tubuhku sambil kugoyangkan dengan maksud sambil menggesek buah dadanya yang mepet erat dengan tubuhku. Sayup-sayup aku mendengar Pipit seperti mendesah lirih, mungkin mulai terangsang kali..

Apalagi tanpa basa-basi tonjolan di bawah perutku sesekali aku sengaja kubenturkan kira-kira ditengah selangkangannya. Sesekali seperti dia tahu iramanya, dia memajukan sedikit bagian bawahnya sehingga tonjolanku membentur tepat diposisi “mecky”nya.

Sinyal-sinyal nafsu dan birahiku mulai memuncak ketika tanpa malu lagi Pipit menggelayutkan tangannya dipundakku memeluk, pantatnya goyang memutar, menekan sambil mendesah. Tanganku turun dan meremas pantatnya yang padat. Akupun ikut goyang melingkar menekan dengan tonjolan penisku yang menegang tapi terbatas karena masih memakai celana lumayan ketat. Ingin rasanya aku gendong tubuh Pipit untuk kurebahkan ke dipan, tapi urung karena Ugi yang tadi disuruh Pipit memanggil ibunya sudah datang kembali.

Buru-buru kami melepas pelukan, merapikan baju, dan duduk seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Begitu masuk, Ugi yang ternyata sendirian berkata seperti pembawa pesan.
“Lik Pipit, Ibu masih lama, sibuk sekali lagi masak buat tamu-tamu. Lik Pipit suruh tunggu aja. Ugi juga mau ke sana mau main banyak teman. sudah ya Lik..”
Habis berkata begitu Ugi langsung lari ngeloyor mungkin langsung buru-buru mau main dengan teman-temannya. Aku dan Pipit saling menatap, tak habis pikir kenapa ada kesempatan yang tak terduga datang beruntun untuk kami, tak ada rencana, tak ada niat tahu-tahu kami hanya berdua saja disebuah rumah yang kosong ditinggal pemiliknya.

“Mas, mending kita tunggu saja yah.. sudah jauh-jauh balik lagi kan mubazir.. Tapi Mas Wahyu ada acara nggak nanti berabe dong..” berkata Pipit memecah keheningan.
Dengan berbunga-bunga aku tersenyum dan setuju karena memang tidak ada acara lagi aku dirumah.  
nagapoker apk
“Pit sini deh.. Aku bisikin..” kataku sambil menarik lengan dengan lembut.
“Eh, kamu cantik juga yah kalau dipandang-pandang..”

Tanpa ba-Bi-Bu lagi Pipit malah memelukku, mencium, mengulum bibirku bahkan dengan semangatnya yang sensual aku dibuat terperanjat seketika. Akupun membalasnya dengan buas. Sekarang tidak berlama-lama lagi sambil berdiri. Aku mendorong mengarahkannya ke dipan untuk kemudian merebahkannya dengan masih berpelukan. Aku menindihnya, dan masih menciumi, menjilati lehernya, sampai ke telinga sebelah dalam yang ternyata putih mulus dan beraroma sejuk. Tangannya meraba tonjolan dicelanaku dan terus meremasnya seiring desahan birahinya. Merasa ada perimbangan, aku tak canggung-canggung lagi aku buka saja kancing bajunya. Tak sabar aku ingin menikmati buah dada keras kenyal berukuran 34 putih mulus dibalik bra-nya.

Sekali sentil tali bra terlepas, kini tepat di depan mataku dua tonjolan seukuran kepalan tangan aktor Arnold Swchargeneger, putih keras dengan puting merah mencuat kurang lebih 1 cm. Puas kupandang, dilanjutkan menyentuh putingnya dengan lubang hidungku, kuputar-putar sebelum akhirnya kujilati mengitari diameternya kumainkan lidahku, kuhisap, sedikit menggigit, jilat lagi, bergantian kanan dan kiri. Pipit membusung menggeliat sambil menghela nafas birahi. Matanya merem melek lidahnya menjulur membasahi bibirnya sendiri, mendesah lagi.. Sambil lebih keras meremas penisku yang sudah mulai terbuka resluiting celanaku karena usaha Pipit.

Tanganku mulai merayap ke sana kemari dan baru berhenti saat telah kubuka celana panjang Pipit pelan tapi pasti, hingga berbugil ria aku dengannya. Kuhajar semua lekuk tubuhnya dengan jilatanku yang merata dari ujung telinga sampai jari-jari kakinya. Nafas Pipit mulai tak beraturan ketika jilatanku kualihkan dibibir vaginanya. Betapa indah, betapa merah, betapa nikmatnya. Clitoris Pipit yang sebesar kacang itu kuhajar dengan kilatan kilatan lidahku, kuhisap, kuplintir-plintir dengan segala keberingasanku. Bagiku Mecky dan klitoris Pipit mungkin yang terindah dan terlezaat se-Asia tenggara.

Kali ini Pipit sudah seperti terbang menggelinjang, pantatnya mengeras bergoyang searah jarum jam padahal mukaku masih membenam diselangkangannya. Tak lama kemudian kedua paha Pipit mengempit kepalaku membiarkan mulutku tetap membenam di meckynya, menegang, melenguhkan suara nafasnya dan…

“Aauh.. Ahh.. Ahh.. Mas.. Pipit.. Mas.. Pipit.. Keluar.. Mas..” mendengar lenguhan itu semakin kupagut-pagut, kusedot-sedot meckynya, dan banjirlah si-rongga sempit Pipit itu. Iri sekali rasanya kalau aku tak sempat keluar orgasme, kuangkat mukaku, kupegang penisku, kuhujam ke vaginanya. Ternyata tak terlalu susah karena memang Pipit tidak perawan lagi. Aku tak perduli siapa yang mendahului aku, itu bukan satu hal penting. Yang penting saat ini aku yang sedang berhak penuh mereguk kenikmatan bersamanya. Lagipula aku memang orang yang tidak terlalu fanatik norma kesucian, bagiku lebih nikmat dengan tidak memikirkan hal-hal njelimet seperti itu.

Kembali ke “pertempuranku”, setengah dari penisku sudah masuk keliang vagina sempitnya, kutarik maju mundur pelan, pelan, cepet, pelan lagi, tanganku sambil meremas buah dada Pipit. Rupanya Pipit mengisyaratkan untuk lebih cepat memacu kocokan penis saktiku, akupun tanggap dan memenuhi keinginannya. Benar saja dengan “Ahh.. Uhh”-nya Pipit mempercepat proses penggoyangan aku kegelian. Geli enak tentunya. Semakin keras, semakin cepat, semakin dalam penisku menghujam.

Kira-kira 10 menit berlalu, aku tak tahan lagi setelah bertubi-tubi menusuk, menukik ke dalam sanggamanya disertai empotan dinding vagina bidadari calon TKW itu, aku setengah teriak berbarengan desahan Pipit yang semakin memacu, dan akhirnya detik-detik penyampaian puncak orgasme kami berdua datang. Aku dan Pipit menggelinjang, menegang, daan.. Aku orgasme menyemprotkan benda cair kental di dalam mecky Pipit. Sebaliknya Pipit juga demikian. Mengerang panjang sambil tangannya menjambak rambutku.. Tubuhku serasa runtuh rata dengan tanah setelah terbang ke angkasa kenikmatan. Kami berpelukan, mulutku berbisik dekat telinga Pipit.

“Kamu gila Pit.. Bikin aku kelojotan.. Nikmat sekali.. Kamu puas Pit?”
Pipit hanya mengangguk, “Mas Wahyu.., aku seperti di luar angkasa lho Mas.. Luar biasa benar kamu Mas..” bisiknya..

Sadar kami berada dirumah orang, kami segera mengenakan kembali pakaian kami, merapihkannya dan bersikap menenangkan walaupun keringat kami masih bercucuran. Aku meraih gelas dan meminumnya.

Kami menghabiskan waktu menunggu kakaknya Pipit datang dengan ngobrol dan bercanda. Sempat Pipit bercerita bahwa keperawanannya telah hilang setahun lalu oleh tetangganya sendiri yang sekarang sudah meninggal karena demam berdarah. Tapi tidak ada kenikmatan saat itu karena berupa perkosaan yang entah kenapa Pipit memilih untuk memendamnya saja.
Begitulah akhirnya kami sering bertemu dan menikmati hari-hari indah menjelang keberangkatan Pipit ke Malaysia. Kadang dirumahnya, saat Bu Murni kepasar, ataupun di kamarku karena memang bebas 24 jam tanpa pantauan dari sepupuku sekalipun.

Tak lama setelah keberangkatan Pipit aku pindah ke Jakarta. Khabar terakhir tentang Pipit aku dengar setahun yang lalu, bahwa Pipit sudah pulang kampung, bukan sendiri tapi dengan seorang anak kecil yang ditengarai sebagai hasil hubungan gelap dengan majikannya semasa bekerja di negeri Jiran itu. Sedang tentangku sendiri masih berpetualang dan terus berharap ada “Pipit-Pipit” lain yang nyasar ke pelukanku. Aku masih berjuang untuk hal itu hingga detik ini. Kasihan sekali gue..

TAMAT  nagapoker apk

Senin, 10 April 2023

menikmati keindahan tubuh semplohay

 

slot gacor hari ini, slot gacor, slot maxwin

Aku merasa hawa dingin menerpa tubuhku. Aku buka mata, waktu sekitar jam 3 pagi, aku udah tidur selama 4 jam. Tubuh bugilku masih terbaring diranjang. Aku tengok Bu Diah, tubuhnya yang mulus telanjang bulat juga masih tergeletak disampingku. Udah enggak berpelukan lagi seperti waktu mau tidur.  nagapoker apk

Aku mau cium dia, tapi enggak jadi, aku punya pikiran lain. Aku bangun pelan-pelan, aku berdiri disamping ranjang dekat Bu Diah. Aku amati tubuh molek Bu Diah, rambut ikal, hidung mancung, bibir merah merekah, leher jenjang, buah dada indah sekali besar dan kencang, pentilnya kemerahan mendongak, perut tipis, pinggul serasi, pantat bulat padat, kaki panjang dengan paha mulus indah.

gembulan daging cembung diatas selangkangan itu bukan main menantangnya, garis merah membelah, rambut tipis menghias, itilnya merah sebesar biji kacang tanah bukan berlebihan tapi kemaluan Bu Diah masih seperti tempik anak umur 16 tahunan yang aku pernah tembus beberapa kali.

Nafas Bu Diah teratur, posisi tangan diatas kepalanya dan pahanya terbuka lebar mengundang aku untuk menyetubuhinya. Darahku tersirap tapi aku masih mau memberikan kepuasan mataku untuk menikmati pemandangan langka ini.

Pelan aku keluar mengambil rokok, menyalakan dan menghirupnya kembali mendekati Bu Diah yang masih tergolek menantang. Lima menit berlalu ketika rokok pertamaku habis dan aku matikan di asbak. Aku nyalakan rokok kedua, kembali aku puaskan mataku dengan keindahan tubuh mulus wanita, nafasku memburu, rokok aku isap dalam-dalam semakin cepat kemudian aku matikan.

Bu Diah menggeliat sambil mendesis, tangan Bu Diah bergerak pelan, yang kiri memegang susunya sebelah kiri dan tangan kanannya memegang vaginanya, dia bergerak sedikit dengan kepala juga tergoyang kemudian posisinya miring dan kedua tangannya mendekap vaginanya, tubuhnya melingkar memperlihatkan lekuk liku pinggangnya dan bokongnya yang mencuat. Aku pikir Bu Diah lagi mimpi, mimpi bersanggama. Mimpi Bu Diah ini mau aku jadikan kenyataan.

Pelan-pelan aku naik ranjang, kontolku sudah mencuat keras sesudah 4 jam istirahat, aku berada diatas tubuh mulus Bu Diah yang aku balikkan dari posisi miring, aku cium bibirnya. dia buka mata, kaget, tapi dia biarkan bibirku melumatnya, malah dia lebih ganas memagut bibirku,

memasukkan lidahnya kemulutku yang aku sambut dengan lidahku yang kemudian saling menggelitik tangan kiriku menyangga tubuhku yang kanan mengelus buah dada Bu Diah, meremas-remasnya, memelintir pentilnya turun mengelus perutnya yang tipis, pinggang yang ramping, kebawah lagi aku renggangkan paha. Bu Diah, mulutnya terbuka keluar erangan erotis aauucchh. matanya tetap tertutup, birahinya bangit.

Nafsuku memuncak, tangan kanan meremas gundukan vagina Bu Diah, dia mendesis, aku gesek belahan merah ditengahnya dengan jari tengahku, aku usap-usap pelan-pelan, sedikit naik aku sentuh itilnya yang lembut, aku permainkan dengan belaian lembut. Diah lebih keras mendesis. orgasme. basahlah dia dalam keadaan setengah mimpi.

Aku enggak mau mengoral vagina Bu Diah, aku enggak mau lubangnya basah karena liurku, aku mau merasakan kekesatan kemaluannya, aku mau menikmati kesesakan tempiknya. Aku arahkan kontolku yang galak berkepala besar tanpa aku pegang, tangan kananku tetap meremas-remas bokong Bu Diah, dua kali kontolku mencoba menusuk lubang sempit kemaluan Bu Diah enggak bisa. Bu Diah membantu memegang lembut kontolku dan di arahkannya persis menempel liang sanggamanya.

Sesudah pas, dia lepas tangannya, membiarkan kontolku menembus tempiknya yang cembung, seakan dia tahu aku memang senang menikmati saat-saat kontolku membiak bibir merah kelaminnya, menguak lubang sempit vaginanya, menembus gundukan hangat kewanitaannya aku tekan kontolku, bibir memek Bu Diah merekah merah BLeess. kontolku menghujam dalam. nagapoker apk

“Aaucch.”, erang Bu Diah kaget kontolku yang kepalanya besar menusuknya, mulutnya terbuka tapi mata tetap terpejam.

Aku turun naikkan kontolku pelan, aku nikmati kesempitan lubang persetubuhan Bu Diah, kekesatan liang sanggamanya. Bu Diah mulai mengangkat bokongnya, menggelinjang mengerang-erang kenikmatan akibat kekerasan dan kehangatan kejantananku yang aku pakukan dengan mantap kedalam kemaluannya yang semakin merah dan terbuka bibirnya.

Bokong Bu Diah naik turun mengikuti gerakan naik turun tusukan kontolku, ranjang tambah bergetar, desisan nafas semakin kencang erangan semakin keras gundukan Bu Diah erat menangkap setiap aku coBLosan kontolku,

Bu Diah enggak mau melepaskan pasak kejantananku lepas dari cengkeraman memeknya, aku genjot lagi dia, keras aku tusuk dan tusuk semakin keras, aku sodokkan kekiri kanan aku coBLos dan coBLos. Bu Diah makin menggelinjang, pantatnya bergoyang kencang, badannya bergerak kesana kemari menahan nikmat keperkasaan kontolku.

Aku puasin mengaduk-aduk memek Bu Diah sekitar 10 menit, terus aku berbisik ditelinganya”Bu, kamu peras-peras punyaku, ya”.

Bu Diah tahu maksudku, matanya tetap terpejam tapi mimiknya sangat menggairahkan, mulutnya terbuka mengerang-erang, dia betulkan posisi bokongnya, dan mulailah remasan-remasan vaginanya di batang kontolku empot empot empot otot-otot vaginanya memeras-meras kontolku, sementara tanganku kuat-kuat meremas-remas buah dadanya, mulutku melumat-lumat pentilnya.

“Aaaucch aauucchh”, nafsu Bu Diah memuncak.

Kembali seperti petang tadi tanganku dipepetkan disebelah buah dada kiri kanannya, tangannya kebelakang memegang kuat sandaran ranjang. Aku sedikit menjauh, aku nikmati raut muka penuh nafsu, buah dada yang naik turun menggebu-gebu, bokong yang teratur berputar,

semua nikmat dipandang dan yang paling nikmat adalah rasa empot empot vaginanya. remasan otot vagina kesat yang berdenyut-denyut Bu Diah mulai berkeringat setelah sekitar 15 menit memeras tenaga meremas-remaskan otot vaginanya ke kontolku, aku mulai kasihan. Aku mau muasin dia lagi.

Aku kecup keningnya, aku bilang”Udah Bu, jangan repot-repot”.

Aku ambil bantal aku taruh dibawah bokong besarnya yang membuat gundukan memek Bu Diah semakin membukit, aku buka lebar selangkangannya sementara kontolku tetap merapat di memeknya.

“Bu, maaf ya aku mau agak keras menggejot”, kataku terus aku genjotkan kontolku keras-keras berulang kali, sodokan-sodokan kencang, adukan-adukan pentungan kelaminku yang perkasa.

“Maass”, Bu Diah menjerit (Nuniek isteriku mungkin dengar jeritan histeris Bu Diah).

Jam terbang kontolku, pengalaman menyetubuhi banyak macam perempuan membuat aku tahu bagaimana membikin Bu Diah lebih histeris, lebih liar, lebih berkelejotan, lebih mau diperlakukan apa saja aku hujamkan kontolku lebih ganas lagi saja sekitar 15 menit aku hajar memek Bu Diah.

Tanpa ampun kudengar ratapan Bu Diah”Maas, udah. Mas.”

Aku cabut kontolku sebentar, aku menunduk dan lihat lubang senggama Bu Diah bulat merah menganga diameternya sebesar spidol aku senang lihat liang senggamanya yang merah berdenyut-denyut hingga di merasa malu.

Aku belum mau ganti posisi, aku pelesakkan lagi kontolku yang keras mengkilat ceplak ceplak ceplak gundukan memek Bu Diah membesar dan memerah kena hempasan kejantananku, Akhirnya pejuku terasa sudah menumpuk dikepala kontolku, keras sekali kontolku menegang aku tancapkan kontolku dalam-dalam dan aku tumpahkan air maniku yang kental hangat menyiram kemaluan Bu Diah. yang terus meronta-ronta. Bersamaan semprotan hangat cairan kejantananku, Bu Diah juga orgasme.

“Maas, aku juga keluaar.”, jeritnya sambil pahanya merapat dipantatku dan kaki-kakinya menendang-nendang.

Kami berdua cape, aku turun dari atas tubuh Bu Dian, aku berbaring tangan kiriku dibawah lehernya dan tangan kananku diatas vaginanya yang jadi mewangi khas campuran cairan kejantananku dan cairan kewanitaan Bu Diah. Kemudian Bu Diah bangun, kembali dia membersihkan kontolku setelah dia bersihkan tubuhnya di kamar mandi.

Dia tanya ”Mas mau aku bikinin teh panas?”.
Aku jawab ”Enggak usah lah, kan udah nyusu”, jawab aku sambil memegang buah dadanya yang besar.

Gantian kontolku diremasnya, sambil beranjak mengambil softdrink yang ada di kulkas di kamar juga, memberikannya padaku dan minum bergantian satu kaleng. Sesudahnya kami berbaring, aku bisikkan di telinganya”Bu, trims ya, kamu cantik ini pintar sekali”, sambil aku tekan vaginanya yang hangat pakai tanganku.

Bu Diah merangkul aku berbisik”Ah, Mas yang hebat, aku juga puas sekali Mas”.
Aku cium bibirnya aku goda”Besok lagi ya”.
“Heeh”, jawab Bu Diah.

Aku lega sekali, aku puas sekali. Aku bertindihan seperti tadi dan tertidur.Aku tidur nyenyak. Aku terbangun ketika mendengar langkah orang masuk kamar, aku lihat isteriku masuk kamar membawa nampan berisi kopi panas dan roti bakar/toast. Aku tengok Bu Diah udah enggak ada disampingku, aku masih telanjang.

“Selamat pagi, sayang”, kata isteriku.
“Cape kerja ya, habis lembur tiga kali sich, tapi enak kan”, kata dia lagi sambil menaruh nampan di meja kecil samping ranjang.
“Sekarang jam berapa>”, tanyaku.
“Jam setengah tujuh. Masih males, yach. Enggak apa sich, ini kan hari Sabtu. Ini minum kopi dulu, sini aku minumin sayang”.

Aku menurut saja dan diminuminya aku dengan kopi hangat, aku disuruh makan toast yang dibikinnya. Isteriku udah mandi, baunya wangi, dia duduk mepet aku, aku tahu dibalik kaos panjangnya dia enggak pakai apa-apa lagi.

Dia pandangi aku penuh arti. Dia bilang”Puas kan, Mas. Dua kali kan sama Diah. Pasti dia lebih hebat dari aku, aku sadar koq tapi enggak apa-apa. Aku ikhlas sekali Mas bisa tidur sama Bu Diah. Cuman jangan lupa lho, aku kan sekarang fitness dan BL tiap hari, isterimu juga bisa dua kali lhoo”, katanya genit sambil dia geser duduknya, dia angkat kaosnya dan telanjang bulat.

Tubuh isteriku masih bagus, lebih bagus dari Ibu Ning yang umurnya 47 th yang aku kontoli hampir tiap minggu selama 3 bulan Januari -Maret tahun ini juga. Isteriku gila juga, kontolku dipegang, dikocok-kocok, pelerku diremas-remas, dikulumnya kontolku, dijilat-jilat dengan lidahnya yang mulai pakar lagi, diisap-isap seluruh batang kontolku, dimasukkannya dalam mulutnya sampai mentok di tenggorokannya, adegan yang sama seperti petang tadi berulang kembali. nagapoker apk

Sesudahnya isteriku minta”Mas, aku digenjot yang keras, Mas”.

Aku penuhin, aku baringkan dia dengan kasar, aku buka pahanya lebar, aku usap-usap itilnya yang panjang sekitar 2 senti menonjol keluar, aku masukin jariku membuka lubang kemaluannya, aku kenal betul lubang kemaluannya jadi terus aku tusukkan kontolku ke liang kemaluannya, aku tancapkan sodokkan kontolku,

aku aduk-aduk bagian dalam kemaluannya, aku tunggangin aku entotin sambil tangan kananku meremas payudaranya yang besar masih kenyal dan tangan kiriku menyangga kepalanya dengan mukanya aku pepetkan ke ketiakku bukti nyata isteriku ada dibawah ketekku. aku pompakan kontolku keras sekali ke liang sanggama isteriku.

Sudah lama aku enggak menyetubuhi Nuniek, isteriku, dengan buas. Aku buktikan aku masih sanggup menghadapi tantangannya, kebinalannya yang mendadak muncul lagi. Ada 20 menit aku hujamkan dan pasakkan kontolku keras-keras dalam tempik isteriku yang menjerit-jerit menggelinjang menggeliat-geliat meronta-ronta tangannya memukul-mukul punggungku.

aku suka itu sambil memandangi kontolku keluar masuk menusuk-nusuk bukit besar kemaluannya yang berjembut lebat sampai aku tumpahkan air maniku ke memeknya yang merah sekali kena hajaran kontolku yang tetap perkasa.

Aku cabut kontolku dan aku amati dilubang kemaluan isteriku ada tetesan pejuh hangat yang barusan aku semprotkan Waow, pejuhku masih banyak juga Isteriku tahan banting, dia enggak tiduran tapi terus ngajak aku kekamar mandi, dengan penuh kasih sayang isteriku membersihkan seluruh tubuhku.

Aku diajak turun kebawah, aku belum mau kataku mau tidur lagi. Isteriku keluar, aku masih tiduran dan merenung.

TAMAT

Minggu, 09 April 2023

adik keponakan ku yang cantik dan sexy

slot gacor hari ini, slot gacor, slot maxwin

Kisah ini terjadi sekitar awal Januari, dimana waktu itu aku sedang sendiri di rumah, sedang nonton TV tiba-tiba aku di kejutkan oleh suara bel berbunyi.

“Kringg.. kring..” suara bel berbunyi itu membuat aku terkejut.

Kemudian aku membuka pintu, aku melihat seorang gadis berdiri menggunakan baju kaos berwarna putih dan rok mini berwarna hijau sampai ke lutut, wajahnya cantik dan sedap dipandang mata.  nagapoker login

Aku bertanya, “Cari siapa dik..?”

Dia balas dengan bertanya, “Benarkah ini rumah paman Rizal..?”
Aku terkejut, karena nama yang dia sebutkan adalah nama papaku. Kemudian aku bertanya lagi. “Adik ini siapa?”

Dia hanya tersenyum. Senyumannya manis sekali, lalu aku jawab, “Benar, ini rumah paman Rizal,” sambungku lagi. Dan sekali lagi dia tersenyum, manis sekali, membuat hatiku dag dig dug.

Aku bertanya lagi, “Adik ini siapa sih..?”

Sambil terseyum dia memperkenalkan dirinya, “Namaku Lisa,” kata-katanya terhenti,

“Aku datang kemari disuruh mama untuk menyampaikan sesuatu untuk paman Rizal.”
“Oh iyah..” aku sampai lupa mempersilakan dia masuk ke rumah. Lalu kusuruh dia masuk.
“Silakan masuk,” kataku.

Aku persilakan dia masuk, “Kan ngga enak bicara di depan pintu, apa lagi tamu.”

Setelah berbicara sebenter di depan pintu, dia masuk dan duduk di kursi ruang tamu. Setelah kupersilakan duduk, aku mulai bertanya lagi tentang dia, dan siapa dia bagaimana hubungannya dengan papaku.

“Kalau boleh tau, adik ini siapa yah..?”
“Hihihi..” dia tertawa, aku jadi heran, tetapi dia malah tertawa.
“Kalau ngga salah, pasti abang ini bang.. Sultan yah?” sambungnya.

Aku terkejut, dari mana dia tahu namaku, lalu aku bertanya, “Kog adik tau nama abang?”
Lalu dia tertawa lagi, “Hihihi… ..tau dong.”
“Masa abang lupa sama aku?” lanjutnya. “Aku Lisa, bang. Aku anaknya tante Maria,” celotehnya menjelaskan.
Aku terkejut, “..ah.. jadi kamu anaknya tante Maria?” tambahku.

Aku jadi termangu. Aku baru ingat kalau tante Maria punya anak, namanya Lisa. Waktu itu aku masih SMP kelas 3 dan Lisa kelas 1 SMP. Kami dulu sering bermain di taman bersama. Waktu itu kami belum tahu tentang apa yang namanya cinta/sex dan kami tidak berjumpa lagi karena waktu itu aku pergi ke Australia sekitar 2 tahun.

Sekembalinya dari Australia aku tidak pernah ke rumahnya karena sibuk sekolah. Sudah kira-kira 3 tahun kami tidak berjumpa, sampai aku mahasiswa tingkat 2, aku tidak ingat namanya lagi, kini bertemu sudah besar dan cantik lagi.

Lalu kubertanya kembali menghamburkan lamunanku sendiri, “Bagaimana kabar mamamu?” tanyaku.
“Baik…” jawabnya.

Kemudian dia mengulangi maksud dan tujuannya. Katanya, papaku diminta mamanya untuk datang ke rumahnya untuk membicarakan sesuatu hal.

Lalu aku balik bertanya dengan penasaran, “Kira-kira yang akan dibicarakan apa sih..?”
Dia menjawab sambil tersenyum manis nan menggoda. Sambil tersenyum, aku memperhatikan dirinya penasaran.

Tiba-tiba dia bicara, “Ternyata abang ganteng deh, ternyata mama ngga salah bilang.”

Aku jadi salah tingkah dan wajahku memerah karena dipuji. Adik ini ada-ada saja pikirku. Kemudian aku sambut kata-katanya, “Ternyata tante Maria punya anak cantik juga.” dia hanya tersenyum saja.

“Paman Rizal kemana bang?” dia bertanya membuka keheningan.
“Belum pulang kerja.” jawabku.
“Hmmm…” gumamnya.
“Ya udah deh, titip pesen aja gitu tadi, ya bang!” memastikan.
“Iya… oke.” jawabku pasti.
“Jangan lupa yah..!” lebih memastikan.
“Iya..” aku tegaskan lagi.

“Oke deh.. kalau gitu Lisa pamit dulu yah.. ngga bisa lama-lama nih.. mama bilang jangan lama-lama.” jelasnya. “Pamit yah bang!” tambahnya.
“Oke deh,” mengiyakan. “Hati-hati yah!” sambungku seperti cowok-cowok lain pada cewek umumnya. 
nagapoker login

Dia hanya tersenyum menjawabnya, “Iya bang…”

Nah, detik itu jugalah momen itu terjadi. Tidak tahu kenapa dia tiba-tiba menarik tanganku dan mencium pipiku. Bercampur rasa bingung dan asyik di hatiku.

“Waduh… buat apa itu tadi?” tanyaku bodoh. Dia hanya tersenyum.
“Abang ganteng deh,” jelasnya sambil melepaskan pegangan tangannya.

Nah, itu dia, karena menurutku aji mumpung perlu diterapkan, aku menangkap tangannya dan balik mencium pipinya. Dia menjadi kaget dan aku hanya tersenyum saja, memasang wajah innocent yang jauh dari sempurna.

Balas dendam pikirku. Karena kepalang keasyikan dan sudah timbul nafsu. Aku memberanikan diri lagi untuk mencium bibirnya mengusik kediamannya karena kaget pada ciuman pertamaku tadi.

“Mumpung rumah sepi… kesempatan nih..” pikirku dalam hati.
Aku memberanikan diri untuk lebih lagi dengan meraba tonjolan yang ada di dadanya yang terbungkus bra dari luar.
Dia mendesah, “..ahh..hem..”

Tonjolannya agak lumayan kalau tidak salah taksir, kira-kira 32b besarnya. Karena sudah sangat bernafsu, dan ego kelelakianku meningkat, hasrat itu pun timbul. Aku belai tubuhnya perlahan dan terus menaik sampai ke lehernya. Kubuka baju yang dia pakai hingga terlepas. Dan aku terus meraba bongkongnya yang lumayan juga besarnya kalau tidak salah taksir dapurnya kira-kira 61.

“Seperti penyanyi saja,” gumamku dalam hati.

Karena keadaan kurang memungkinkan, kugendong dia ke kamarku sambil kami berciuman terus. Kurebahkan dia di kasur dan kutindih dia. Kubuka perlahan-lahan kaos yang dia pakai dan BH-nya aku buka hingga polos. Terpampang di depanku sebuah pemandangan yang indah, sebuah gunung dua yang sangat indah dengan pucuknya berwarna merah ranum.

Aku dengan rakusnya meremas dan mengulum kanan dan kiri. Tanganku dengan aktif terus menjalar ke rok yang dia pakai. Perlahan-lahan aku turunkan hingga terbuka semuanya. Aku melihat kodam (kolor,dalam) warna putih dengan berenda bunga. Kubuka perlahan-lahan dengan sabar, hati-hati dan lembut. Tiba-tiba dia menepis tanganku.

“Jangan bang..! Jangan bang..!” dia memohon, tetapi aku yang sudah dirasuki setan tidak ambil pikir.

Kemudian kucium bibirnya dan kuremas kembali gunungnya. Dia terangsang. Kucoba mengulang kembali, kutarik kodamnya (kolor,dalam) perlahan-lahan. Dia tidak menepis tanganku, terus kubuka dan kuterpana melihat pemandangan yang begitu indah yang tidak bisa dikatakan dengan kata-kata. Aku melihat sebuah kemaluan yang masih gundul yang hanya dikelilingi dengan rambut yang masih belum lebat.

Kusibak hutan yang masih agak gundul. Ada cairan bening yang keluar dari dalam hutannya. Dia sudah terangsang. Kubuka bajuku tergesa-gesa. Pakaianku hanya tinggal kodam (kolor dalam) saja tetapi Ucokku (kejantananku) sudah mau lompat saja, ingin mencari sasaran.

Sudah tidak tahan ucokku sehingga aku langsung meraba hutannya. Kusibak (buka) hutannya dan aku menciumnya. Kemudian kujilat semacam daging yang keluar dari kemaluannya. Kujilat terus kelentitnya hingga dia meyilangkan kakinya ke leherku.

“Ahh.. ohh.. yaa..” desahnya.

Kumasukan jari tanganku satu dan kukorek-korek dalam hutanya. Dia semakin merapatkan kakinya ke leherku sehingga mukaku terbenam dalam hutannya. Aku tidak bisa bernafas. Aku terus hajar hutannya.

“Hauhh.. ahh.. yahh.. huhhh..” terdengar suara desahya.

Aku terus hisap sehingga timbul suara yang entah dia dengar atau tidak. Kemudian perlahan-lahan kakinya agak melonggar sehingga aku bisa nafas dengan bebas kembali. Aku terus menghisap dalam hutannya. Setelah puas kubermain di hutanya, kuhisap lagi gunung kembarnya, kiri dan kanan.

“Bang.. aku udah ngga tahan nih.. mau keluar..” desahnya.
Kupercepat lagi hisapanku, dia merintih.

“Ahh.. oohhh.. yahh.. serrrr..” dia lemas. Ternyata dia sudah klimaks.

Kubuka kodamku dan kejantananku ini kukeluarkan. Taksiranku, kejantananku kira-kira 14 cm panjangnya kalau sudah tegang. Kubimbing kejantananku (ucok) ke arah hutannya. Kugesek-gesekan kejantananku pada liang kelaminnya, kusodok perlahan-lahan.

Awalnya meleset, tidak masuk. Wah, ternyata dia masih perawan. Kucoba lagi perlahan-lahan, tidak juga bisa masuk. Kuberi air ludah ke batang kejantananku agar tambah licin. Kemudian kucoba lagi, hanya masuk ujung kepalanya saja, dia merintih.

“Aduh.. sakit bang.. sakit..” rintihnya.

Aku berhenti sejenak, tidak melanjutkan sodokanku, kukulum lagi gunungnya, dadanya terangkat ke atas. Tidak lama dia terangsang lagi, lalu kucoba lagi untuk meyodok (seperti permainan bola billyard).

Kusodok terus dengan hati-hati, aku tidak lupa memberi ludahku ke kejantananku. Karena hutannya becek akibat klimaks tadi jadi agak licin sehingga kepala kejantananku bisa masuk dia merintih.

“Aduh.. sakit bang…”

“Tahan dikit yah.. adikku manis..`ngga sakit kok.. cuman sebentar aja sakitnya…” bisikku di daun telinganya. Dia diam saja. Kusodok lagi, akhirnya masuk juga kepala si ucok, terus kusodok agak keras biar masuk semua.

“Slupp.. blesss..” dan akhirnya masuk juga ucokku. Dia menggigit bibirnya menahan sakit. Karena kulihat dia menahan sakit aku berhenti menunggu dia tidak kesakitan lagi. Ucokku masih terbenam dalam hutannya, kulihat dia tidak menggigit bibirnya lagi. Kusodok lagi ucokku perlahan-lahan dan lembut, ternyata dia meresapinya dan kembali terangsang. Kusodok terus.

“Ahh.. auuohhh.. yahh.. terus bang..” pintanya karena dia teransang hebat sambil mengoyangkan pinggulnya ke kiri kanan. Rupanya dia sudah tidak kesakitan lagi. Semakin kuat kusodok.

“Auoohhh.. ahhh.. yahh.. uhhh.. terus bang!” kakinya dililitkan ke leherku.
“Ahh.. yaa..” rintihnya lagi, terus kusodok agak keras.

“Selupp.. selup..” suara ucokku keluar masuk, aku juga merasakan ada denyutan dalam hutannya seperti menghisap (menarik) ucokku. Rasanya tidak bisa dikatakan dengan kata-kata.

“Yahh.. aouuhh… yahh..” suaraku tanpa sadar karena nikmatnya.
“Bang.. enak bang.” kusodok terus.
“Uohh.. ahhh.. yahh.. terusss bang! Yahh.. yahh.. ngga tahan nih bang..” dia terus berkicau keenakan, “oohh.. yahh… aouuhh.. yaa.. i coming.. yes..” terus dia berkicau

Entah apa katanya, aku tidak tahu karena aku juga merasakan sedotan dalam hutanya semakin kuat. Dia meremas kain penutup tilam sampai koyak. Aku terus meyodok dan terus tidak henti-henti.

“Aouhhh.. ahhh.. yahh.. yaa.. mau keluar nih bang..” dan, “Slerrrr…” dia keluar, terasa di kepala ucokku. Dia klimaks yang kedua kalinya.

Aku terus memacu terus mengejar klimaksku, “Yahh.. aouuu.. yahh..” ada denyutan di kepala ucokku.

“Yahh.. ahhh..” aku keluar, kutarik ucokku keluar, kuarahkan ke perutnya.
Air maniku sampai 3x menyemprot, banyak juga maniku yang keluar, lalu kukecup keningnya.
“Terima kasih..” aku ucapkan.

Kulihat ada bercak darah di sprei tilam, ternyata darah perawanya. Lalu kuajak dia membersihkan diri di kamar mandi, dia mengangguk. Kami mandi bersama. Tiba-tiba ucokku bangkit lagi melihat bongkongnya yang padat dan kenyal itu. Kutarik bokongnya dan kutunggingkan. Kusodok dari belakang.

“Aduh..” gumamnya karena masih agak sempit dan masih terasa ngilu karena baru hilang keperawanannya.

Dia terangsang kembali, kuremas gunung kembarnya, aku berdengus. “Ahh.. aouhhh.. yaaa.”

“Crottt.. croottt.. crottt..” kukeluarkan maniku dan kutumpahkan di bokongnya.

Kami terus bermain sampai 3 kali. Aku teringat kalau sebentar lagi mama akan pulang, lalu kusuruh cepat-cepat si Lisa mandi dan mengenakan pakaiannya. Kami tersenyum puas.

“Terima kasih yah bang,” aku tersenyum saja dan aku mencium bibirnya lagi serta membisikkan ke telinganya, “Kapan-kapan kita main lagi yah!”

Dia hanya tersenyum dan, “..iya,” jawabnya. nagapoker login

Setelah berpakain dan merapihkan diri, kuantar dia ke depan rumah. Dan ciuman manis di bibir tidak lupa dia berikan kepadaku sebelum pergi. Aku hanya bisa melihat dia berjalan pergi dengan langkah yang agak tertatih karena merasakan nyeri di selangkangannya.

TAMAT