Keramaian pasar di kota kecil hari itu terlihat sangat biasa. Para pedagang sayur-mayur dan buah-buahan tampak menjajakan dagangannya seperti biasa. Tidak luput penjual daging yang menggantungkan daging sapi dan kambing yang memerah segar seperti hendak memaksa para pembeli untuk segera membeli walaupun harganya saat ini sudah melangit.
Angkot tampak berbaris menunggu penumpang, dan timer berteriak-teriak mencari penumpang, sehingga turut meramaikan suara-suara bising di sekitar pasar. di seberang pasar deretan ruko toko obat, kelontong dan alat elektronik berjajar dan tidak pernah sepi pembeli walaupun di kota kecil di daerah jawa tengah, seakan perekonomian begitu hidup dan makmur. nagapoker link alternatif
Tiga sekawan, Joni dan anak buahnya Ipul alias Gondrong, serta Edi alias Gentong berjalan di antara barisan angkot. Si Edi sesekali memukul body angkot, iseng. Joni terkenal sebagai ketua ormas yang menguasai seluruh urusan keamanan di kota kecil itu. Sudah turun temurun keluarga Joni dikenal sebagai pendekar yang tidak terkalahkan. Bahkan sempat pernah ia ditantang pendekar silat dari berbagai kota, dan hasilnya sebagian pendekar itu pulang dalam peti mayat dan sisanya menjadi pengemudi kursi roda.
Rambut cepak berkulit sawo matang cenderung coklat tua, wajahnya di hiasi oleh kumis dan janggut tipis, matanya tajam menyiratkan wibawa, serta selalu menyelipkan keris di punggungnya. Baju jarik dan celana jeans dipadu dengan kaos putih seakan Joni tidak pernah berganti pakaian, namun sesungguhnya Joni memiliki beberapa pakaian yang sama,sebagai identitas dirinya.
Beda dengan si Ipul alias Gondrong. Di balik rambut gondrongnya yang berombak dengan panjang sebahu yang selalu dibiarkan tergerai, serta kumis dan brewok. Tatapan matanya tidak setajam Joni, dan bibirnya selalu menyunggingkan senyum ramah terutama kepada wanita yang berpapasan dengannya.
Beda dengan Edi alias Gentong. Rambutnya lurus dan tertata rapi, serta kaos ketat yang entah kenapa selalu menjadi ciri khasnya sehingga membuat perut gendutnya terlihat semakin membundar. Kumis ala kaisar Ming menghiasi wajah lucunya yang terlihat menggemaskan walaupun tingkah polahnya dibuat-buat supaya orang takut kepadanya.
Mereka bertiga sudah 35 tahun berteman, bahkan bisa dibilang sudah seperti saudara kandung. Jadi tiga sekawan inilah yang saat ini menjadi kepala keamanan di kota kecil itu. Polisi bahkan TNI pun segan kepada mereka, karena keluarga Joni sudah beranak-pinak dan menjadi jawara di kota itu sejak jaman penjajahan Belanda. Maka tidak heran kalau kasus pembunuhan bahkan perkosaan yang melibatkan geng Joni, tidak pernah ditindak-lanjuti oleh kepolisian.
Warga kota dan desa sekitarnya sepertinya aman dikelola oleh ormas pimpinan Joni. Selama taat bayar “pajak preman” ,maka tidak akan terjadi apa-apa. Kalaupun telat bayar bisa berhutang dengan menggadaikan surat kendaraan, toko, atau sawah. Dibalik penampilannya sebenarnya Joni pun kadang tidak tega dengan orang-orang yang sedang mengalami kesusahan, oleh karena itu ia menekankan kepada anggota ormas agar tidak terlalu memaksa, apalagi kepada pedagang kecil yang hanya berjualan sayur atau buah.
Mereka bertiga masuk ke toko obat milik Pak Wong. Pak Wong adalah keturunan Cina yang sudah sejak muda berjualan obat di pasar itu. Pak Wong sudah tujuh bulan tidak bayar iuran keamanan rutin, karena istrinya sakit keras dan membutuhkan biaya pengobatan. Pak Wong langsung bangkit dari kursi kayunya, ketika tiga sekawan itu menghampiri tokonya.
“Gimana, Koh?” sapa Joni tanpa basa-basi.
“Aduh, Mas Joni, maaf.” Pak Wong tampak memelas.
“Maaf, melulu kapan mau bayar? Mau aku obrak-abrik ini toko.” Gentong langsung nyerocos dengan lagak sengaknya.
“Begini, saya cuma bisa bayar tunggakan untuk 1 setengah bulan saja. Kemarin, Saya baru gadai surat toko saya.” Pak Wong berkata sambil mengeluarkan amplop putih.
“Dasar Cina pelit! Baru katanya baru gadai toko.” Gentong nyerocos lagi dengan kasar.
Joni memberi tanda agar si gentong diam. Gentong pun langsung beringsut mundur. Sebenarnya si Gentong ini penakut hanya lagaknya saja belagu.
“Istri saya baru operasi lusa lalu. Syukurlah, kondisinya sudah mulai membaik. Boleh ya, Mas Joni?” kata Wong sambil membetulkan letak kacamatanya karena gugup.
“Kapan sisanya?” kata Joni sambil mengambil amplop ditangan Pak Wong.
“Kalau istri saya sudah membaik dan boleh pulang, semoga bulan depan bisa saya lunasi tunggakan. Janji deh. Saya juga sudah berusaha pinjam dari kakak saya di Jakarta.” Kata Pak Wong dengan nada memelas.
Si Gondrong mencolek Joni sambil mengarahkan matanya kepada Meylan anak Pak Wong yang sedari tadi sibuk mencatat stock obat di rak.
Meylan berkulit putih dengan rambut panjang sepinggang. Dari balik tshirt orange nya tampak gundukan payudara yang terlihat menantang, apalagi dari tempat Gondrong berdiri dapat dengan jelas melihat belahan buah dada ranum, tidak besar tapi kencang. Celana ketatnya membuat lelaki manapun pasti memuji keindahan lekuk tubuh Meylan yang saat itu berusia 22 tahun.
“Ya udah, urus deh!” kata Joni kepada Gondrong. “Tempat biasa.”
Tanpa basa-basi si Joni berbalik meninggalkan toko sambil menarik si Gentong yang sedari tadi berdiri bertolak pinggang, seakan menakut-nakuti orang-orang yang lalu lalang di sekitar toko.
Gentong duduk bersandar sambil menikmati kepulan asap rokok kawungnya. Tempat ia bersandar adalah sebuah gang dengan terlihat pintu-pintu berjejer. Pintu-pintu itu adalah kamar-kamar kecil yang disewakan. Kalau malam tiba daerah belakang pasar itu menjadi tempat prostitusi pelacur kelas teri. Tidak hanya kamar namun terdapat bar-bar kecil yang menawarkan minuman keras. Geng Joni memiliki asset dari kamar-kamar yang disewakan, sehingga bebas bagi mereka menggunakan kamar-kamar itu.
Masih berpakaian lengkap, Meylan duduk sambil menangis sesengukan di pinggir ranjang. Si Gondrong berlutut didepan gadis itu, merayunya supaya tidak menangis. Memang biasanya kalau ada orang menunggak geng Joni minta bayaran hal lain, kalau tidak sanggup bayar dengan surat kendaraan atau rumah, biasanya dibayar dengan istri atau anak para penungggak.
Meylan teringat kata-kata ayahnya sewaktu si Gondrong mengajukan syarat. Ini semua demi ibunya dan kelangsungan hidup keluarganya. Meylan jelas-jelas menolak namun ayahnya memaksa dan memohon. Sebagai anak yang patuh pada orang tua, tidak tega melihat kondisi keluarganya. Ia pun juga harus menanggung malu apalagi sampai diketahui oleh keluarga Aliang, pacarnya. Maka sepanjang perjalanan bersama Gondrong ke belakang pasar tadi Meylan menahan tangisnya dengan menunduk menutupi wajahnya, supaya tidak menjadi pembicaraan orang-orang yang melihatnya berjalan dengan Gondrong. Walaupun ia yakin ada beberapa orang yang sudah tahu, Jika ada wanita yang ikut si Gondrong berarti si wanita akan segera “dipakai”. Hal yang menjadi rahasia dan rumor umum di kalangan penghuni pasar, namun mereka enggan membicarakan hal tersebut karena takut didengar geng Joni.
“Sudahlah, kamu nikmatin aja. Mas Joni baik kog. Toh ini demi keluarga kamu.” Si Gondrong merayu sambil memegang kedua paha bulat gadis itu.
Saat itu hanya mereka berdua saja didalam kamar. Joni entah sedang pergi kemana. Si Gentong di suruh tunggu diluar, karena si gendut cabul itu suka nyerocos sembarangan dan kasar, bisa tambah runyam nanti sebelum menikmati menu utama.
Sebenarnya si Gondrong ingin segera melibas gadis itu, merobek bajunya, menyodok dan menyemprotkan peju-nya berliter-liter di dalam memek perempuan itu. Tapi si Gondrong orang yang setia kawan, selain itu posisi Joni adalah atasannya. Selama tidak ada perintah, maka ia tidak akan bertindak. Biar Joni duluan yang harus menikmati hasil jarahan siang itu.
“Jangan nangis gitu dong.” Si Gondrong berusaha menyingkirkan kedua tangan Meylan yang menutupi wajah cantik gadis itu. “Jelek kamu kalau nangis.”
Pintu terbuka. Gondrong langsung menoleh, ketika Joni masuk. Wajah Joni tampak kesal. Gondrong tau, Joni pasti abis ribut sama orang lain yang juga menunggak iuran. Seingatnya, mereka punya tagihan kepada 3 orang lagi yang menunggak iuran.
“ASU itu si Joko. Besok kalo sampai nggak bayar tak pecahin kepalanya!” umpat Joni kesal.
Gondrong segera berdiri, dan menunjuk Meylan yang masih sesegukan “Nih, jaminannya.”
“Kamu diluar deh!” perintah Joni. “Si Gentong jagain tuh! Ntar ngintip lagi dia.”
Gondrong keluar kamar dan menutup pintu. Dilihatnya si Gentong yang duduk sambil menggoda cewek pelacur pasar yang lewat. Gondrong hafal betul pelacur-pelacur kelas teri di pasar, hampir semuanya pernah ia cicipi dan GRATIS dengan asuransi perlindungan dari geng Joni. Gondrong mencolek Gentong meminta rokok. Si Gentong memberikan tembakau yang dicampur ganja, beserta papier nya. Segera Gondrong melintingnya.
Terdengar teriakan bercampur tangisan histeris dari dalam kamar, tanda si Joni sudah beraksi menggarap Meylan. Perempuan yang berjalan lewat di depan Gondrong sampai terlonjak kaget mendengar teriakan itu, ia melihat kearah pintu tempat di mana mereka berdua duduk. nagapoker link alternatif
“Apa kamu liat-liat! Mau juga!” Si Gentong langsung membentak perempuan itu.
Perempuan itu langsung cepat-cepat melangkahkan kaki meninggalkan daerah itu. Tidak perlu tahu apa yang terjadi, karena di daerah itu hampir setiap hari ada perempuan baru yang diperkosa dan dijadikan pelacur. Teriakan dan raungan wanita diperkosa seakan menjadi suara wajib di lorong prostitusi itu.
**************
Joni hanya mengenakan celana dalam saja. Tubuh kekar berototnya menindih tubuh Meylan dari belakang, yang masih berpakaian lengkap. Meylan meronta, memukul, menendang, berteriak histeris. Namun Joni yang mahir memperkosa wanita seakan menikmati hal itu. Pukulan dan tendangan Meylan mampu diredamnya. Wanita itu menjerit-jerit histeris,berusaha bangkit. Joni memegang celana jeans ketat wanita itu dari belakang. Menikmati pinggang ramping Meylan. Sambil tangannya berusaha meraih kancing celana jeans perempuan itu. Ketika diraihnya kancing jeans Joni dengan cepat membukanya beserta ritsletingnya. Kemudian ia langsung mengambil posisi duduk disambil menarik celana itu. Terang saja Meylan langsung berbalik hendak menendang Joni. Tapi Joni sangat cepat. Ia menarik ujung celana Jeans sehingga melorot sampai ke lutut gadis itu. Meylan berusaha menahan celananya, terjadilah tarik menarik antara mereka. Joni melepaskan ujung celana jeans dan kemudian, menerkam, menindih perempuan itu. Tangan Joni dengan cepat menyusup di balik kaos merah Meylan menjalari perut putih mulus dengan cepat dan meremas payudara yang masih terbungkus bra. Meylan gelagapan lupa dengan celananya berusaha menyingkirkan tangan kiri Joni yang sudah berada di payudaranya tapi gagal karena tangan Joni berada di balik bajunya.
Meylan sudah tidak bisa menendang lagi karena kakinya terhalang celana panjangnya. Tangan kanan Joni sudah meraih selangkangan gadis itu yang masih terbalut celana dalam putih.
Meylan berusaha meronta tapi tangan lelaki di atasnya lebih kuat mencengkram dan meremas payudara dan selangkangannya. Nafas perempuan itu ngos-ngosan dan kehabisan tenaga sehingga serangan Meylan mengendur.
Sedangkan tangan kanan Joni sudah bermain di vagina yang masih terbalut celana dalam putih itu. Meylan menggelinjang kecil ketika kewanitaannya disentuh tangan Joni.
Melihat lawannya sudah terlihat pasrah tidak berdaya. Joni beringsut meneruskan menarik celana panjang Meylan yang masih tersangkut. Ketika celananya lepas, Meylan berbalik badan berusaha merangkak bangkit. Joni dengan cepat meraih mata kaki perempuan itu, ditariknya sehingga perempuan itu terjerembab tengkurap di ranjang. Joni meraih celana dalam putih dan di tariknya hingga terlepas melintasi paha putih mulus gadis itu. Meylan berusaha meraih celana dalamnya, ia tidak mau kehilangan keperawanannya. KREK! Joni menarik celana dalam tipis itu sampai robek. Kemudian ia menindih perempuan yang masih tengkurap itu.
Meylan megap-megap karena kehabisan nafas dan tenaga. Dibiarkannya tangan joni meremas-remas pantat mulusnya.
Joni langsung memelorotkan celana dalamnya, mengeluarkan penisnya yang sudah ngaceng. Ia langsung menggesek penisnya di belahan pantat Meylan.
Gadis itu kaget dengan benda bulat besar dan keras yang berada di belahan pantatnya. Ia pernah melihat dan mengocok penis Aliang pacarnya, dan ia tahu pasti yang berada di pantatnya sekarang adalah penis si Joni.
Joni membuka paha gadis itu dengan menggunakan kedua kakinya. Meylan sudah kehabisan tenaga, sehingga tidak mampu menolak lebih jauh.
Joni meletakkan kepala penisnya diujung pintu masuk vagina wanita itu.
“Jangan..jangan.” Meylan bersuara lemah dengan serak.
Bagi lelaki yang sudah pengalaman seperti Joni, tahu letak lubang vagina tanpa harus melihat. Joni memaksakan penisnya masuk ke dalam vagina sempit gadis tionghoa itu.
“Arggg….Sakiiittt…..aaaahh..” Meylan mengaduh.
Apa daya ia sudah kehabisan tenaga, Meylan merasakan penis bulat dan panas memasuki liang vaginanya.
Joni merasakan penisnya menembus selaput dara perempuan itu, dan terus merangsek masuk ke dalam vagina peret yang sangat sempit itu.
Meylan sudah pasrah ia sudah tidak sanggup berteriak ketika dirasanya penis itu merobek selaput daranya. Rasa perih tidak terperi dirasakannya, namun ia sudah tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah ketika benda bulat tumpul itu memenuhi seluruh liang vaginanya. Tangan kanan Meylan erat mencengkeram tiang ranjang karena merasakan sakit di selangkangannya. Joni mendesak penisnya dengan paksa agar masuk mentok ke ujung liang vagina.
“Auuughhh…”Meylan mengaduh.
Joni menghela nafas ketika penisnya sudah masuk mentok di ujung rahim Meylan. Joni memang sudah berpengalaman dalam hal memperawani perempuan. Setelah masuk ia mendiamkan dulu titit nya supaya Meylan tidak merasa terlalu sakit. Dibelai-belainya rambut hitam panjang perempuan itu yang terlihat acak-acakan. Mengelusi punggung mulus di balik kaos Meylan dan melepas tali bra, supaya nanti mudah untuk meremasi tetek perempuan ini. Halus sekali kulit perempuan ini, pikir Joni.
“ssst…aduh” Meylan mengaduh, ketika Joni mulai menggesek penisnya di memek Meylan. Rasa perih kembali dirasakan perempuan itu, tapi tidak seperih pertama kali ketika titit Joni merengut keperawanannya. Joni sangat gentle dalam memberi kenyamanan bercinta apalagi kepada wanita yang baru pertama kali berhubungan sex. Pelan dan teratur Joni menggesek penis nya di vagina sempit dan lembab. Rintihan Meylan didengarnya sebagai sebuah orkestra yang menjadi indicator goyangannya.
Meylan merasakan perih berangsur-angsur hilang, perlahan digantikan dengan rasa seperti kesemutan di seluruh tubuhnya. Rasa kesemutan mulai berubah menjadi rasa geli. Sementara Joni merasakan vagina si gadis mulai becek tanda sudah mulai hilang rasa kuatir si gadis. Joni mulai menaikkan kecepatan berlahan-lahan. Rintihan Meylan mulai berubah menjadi desahan. Legitnya vagina perempuan itu membuat Joni seakan tidak mau melepaskan tititnya dari dalam lubang kenikmatan sempit yang mulai becek itu.
“Ahhh….aahhh..eegggkk…” Meylan mendesah, ia merasakan tubuhnya seperti disengat listrik yang mengalir dari ujung kemaluannya sampai keubun-ubun. Tubuh Meylan kelojotan sebentar, kedua tangannya mencengkeram seprai, ia megap-megap dan kemudian melemas tanda orgasme pertamanya didapatkannya. Joni mendiamkan penisnya di dalam vagina meylan ketika dirasakan rasa hangat memenuhi liang vagina perempuan itu. Inilah yang enak bagi Joni, adalah ketika merasakan wanita orgasme pertama kali, penis nya terasa di sedot-sedot dan di urut-urut oleh liang yang masih sempit itu. Joni langsung memacu kontol nya, Meylan berteriak blingsatan lagi, karena rasa gatal menyelimuti kembali tubuhnya. Joni menyodok dalam-dalam penisnya sampai mentok.
“arrgghh..makan….biar bunting lo!” Joni mengerang ketika pejunya muncrat di dalam vagina Meylan.
Sementara Meylan merasakan dibagian perutnya rasa panas akibat semprotan peju Joni.
Joni langsung melemas. Ia mengelus-mengelus punggung yang masih tertutup kaos berwarna orange itu. Meylan masih tengkurap. Ia sudah pasrah, untung saja sebelum berangkat ayahnya menyuruh minum pil KB supaya nggak bunting.
Joni mengeluarkan penisnya yang sudah loyo itu dari vagina Meylan. Cairan putih bercampur darah perawan, ikut keluar dari dalam lubang vagina perempuan itu. Joni mengambil sobekan celana dalam Meylan yang teronggok di pinggir ranjang , kemudian mengelap penisnya yang penuh darah perawan perempuan itu.
“Ini sisa perawan kamu.” Joni menunjukkan kain yang merah karena bercak darah. “kamu simpan gih, sapa tau bisa buat jimat.” Joni melempar kain itu ke Meylan.
Perempuan itu berbalik duduk sambil menatap selangkangannya. Tidak henti-hentinya cairan lendir keluar dari dalam vaginanya. Banyak sekali peju yang di semprot Joni tadi rupanya.
Joni beringsut ke belakang Meylan. Ia meraih kaos orange yang masih dipakai gadis itu. Joni melepaskan kaos Meylan, tanpa penolakan dari perempuan itu. Kemudian ditariknya bra sehingga kini Meylan telanjang bulat. Buah dadanya putih bulat dengan putting coklat dan pentil yang masih kecil tampak menantang untuk di hisap. Joni kemudian meremas toket itu dari belakang, jari jemarinya mempermainkan putting susu Meylan.
Meylan sudah pasrah, ia menikmati permainan Joni. Joni membaringkan tubuh perempuan itu, kemudian menyerbu payudara yang masih kencang dan kenyal itu, di hisap dan di permainkan lidahnya di puting susu sehingga Meylan menggelinjang. Joni menjilati tubuh putih mulus milik gadis keturunan cina itu, sehingga makin menggelinjang.
Penis Joni ngaceng lagi. Dibukanya paha Meylan, dan ditindihnya putih mulus itu, kemudian dengan mudah Joni menyodok penisnya di vagina yang sudah becek oleh air maninya tadi.
Meylan pasrah ia melingkarkan kedua tangannya memeluk Joni, ketika Joni menggesek titit nya di liang vaginanya, dirasakannya rasa geli dan gatal kembali menguasai tubuhnya.
********************
“Tadi kamu ngintip ya?” Kata Joni. Ia keluar pintu kamar.
“Nggak aku dari tadi disini.” Gentong yang lagi duduk sambil melinting rokok berkata dengan nada gugup.
Joni sudah selesai menggagahi Meylan. Ia sudah berpakaian, sedangkan perempuan itu ditinggal masih dalam keadaan telanjang di dalam kamar.
Sebenarnya Gentong memang tadi ngintip, karena dilihatnya Joni sudah selesai, ia segera berpura-pura melinting rokok. Memang keahlian si Gentong untuk ngintip, entah Joni atau Gondrong dapet jarahan, ia selalu ngintip. Nggak pernah si Gentong dapet jatah duluan karena kalau nggak Joni atau Gondrong yang dapet duluan.
“Si Gondrong mana?” Joni melihat sekeliling.
Hari sudah mulai gelap. Lampu-lampu bar remang-remang mulai dinyalakan. Sebagian sudah mulai pasang musik dangdut. Semerbak wangi parfum murahan dari perek-perek kelas teri bergincu tebal membuai siapa pun yang melewati lorong maksiat itu. Dari dalam pintu-pintu rumah bordil yang berderet di sepanjang lorong itu, mereka keluar, siap untuk memangsa birahi para lelaki.
“Tadi ke situ.” Gentong menunjuk sebuah rumah bordil yang ada seorang pelacur gemuk berdiri di depannya. “Nggak tahan nungguin Boss. Paling maen sama si Inah langganan dia.” Gentong menyalakan rokoknya.
“Aku balik dulu, tuh kalo mau, mumpung masih telanjang.” Si Joni berjalan meninggalkan si Gentong.
Gak perlu dua kali disuruh, walau badan gemuk, kalau urusan ngewe si Gentong langsung sigap dan lincah. Dibuangnya rokok yang baru dinyalakannya.
Ia segera masuk ke dalam kamar. Dilihatnya Meylan masih tergeletak bugil. Lemas di atas ranjang. Dari bibir vaginanya yang ditumbuhi rimbunan jembut tampak sisa sperma Joni yang belum di bersihkan.
Gentong langsung telanjang kemudian naik ke ranjang dan meremas-remas buah dada putih Meylan. Meylan sendiri sudah pasrah. Di ronde dua tadi, entah berapa kali ia sudah dibuat orgasme oleh Joni sepanjang permainan. Otot-otot tubuhnya seperti berlolosan dan lemas.
Gentong menindih tubuh putih mulus itu.
“hegh…” Meylan merasakan tubuh gendut itu berat menindih badannya.
Gentong mengarahkan tititnya ke dalam vagina Meylan. Tititnya dengan lancar masuk ke dalam vagina yang becek oleh air mani Joni.
“Huff…” Meylan mendesah ketika penis si Gentong masuk.
Laki-laki gendut itu segera bergoyang. Bau keringat si Gentong membuat Meylan tidak tahan. Tapi apa daya ia sudah tidak bertenaga. Mungkin habis ini si Gondrong yang ambil bagian. Tiba-tiba dirasakannya cairan panas menyembur di dalam vaginanya. Rupanya si Gentong sudah keluar. Cepat sekali tidak seperti Joni tadi, pikir si Meylan.
Si Gentong mendengus-dengus ketika penisnya mengeluarkan cairan maninya di dalam vagina sempit dan becek itu. Tidak berapa lama, laki-laki gemuk itu mengeluarkan tititnya yang sudah loyo. Tambah becek memek Meylan yang sudah dipenuhi air mani laki-laki bangsat itu.
Gentong segera bergulir di samping Meylan. Ia bersiap untuk ronde kedua.
Tiba-tiba pintu terbuka. Si Gondrong masuk. Rupanya si Gentong lupa mengunci pintu saking semangatnya.
“Eh, dipanggil Kang Joni tuh.” Kata Gondrong.
“Lah katanya mau pulang tuh orang?” Sahut Gentong.
“kayak nggak tau aja. Sana! Ntar dia ngamuk repot.”
Dengan enggan Gentong bangkit, padahal belum puas, tapi ya udahlah, yang penting udah croot. Ia segera berganti pakaian dan berjalan keluar kamar.
Si Gondrong berdiri melihat tubuh telanjang Meylan. Ia berjalan menghampiri ranjang. Kemudian memunguti celana dan baju Meylan yang bertebaran di lantai. Diberikannya kepada perempuan itu.
“mandi gih sana! Biar aku antar pulang. Kalau malam daerah sini rawan, bisa diperkosa lagi nanti kamu.” Kata Gondrong kepada perempuan itu.
Meylan sempat kaget, dipikirnya lelaki itu hendak menggaulinya lagi. Ternyata si Gondrong baik juga. Meylan segera memaksakan diri untuk bangkit, ia berharap si Gondrong tidak berubah pikiran. Diluar dugaannya si Gondrong membantunya turun dan memapahnya ke kamar mandi karena awalnya Meylan agak sulit jalan akibat rasa perih di vaginanya yang muncul kembali. nagapoker link alternatif
Si Gondrong sudah 2 ronde dengan Inah pelacur kelas teri di rumah bordil di dekat situ. Maka dari itu walau melihat tubuh putih mulus Meylan, si Gondrong enggan menyentuhnya karena nafsunya sudah tersalurkan tadi.
Setelah membersihkan diri seadanya dan Meylan berpakaian. Si Gondrong mengantarkan Meylan sampai ke rumahnya. Ternyata baik juga si Gondrong, pikir Meylan dalam hati. Sepanjang perjalanan dirasakannya bagian selangkangannya masih sedikit perih akibat di hajar titit Joni tadi.
Bersambung ke bagian 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar