Selasa, 18 April 2023

petualang si joni bagian 3

 

slot gacor hari ini, slot maxwin, slot gacor

Tina jatuh terlentang di atas kasur. Di hadapannya berdiri si Joni, senyum mesum menghiasi wajah Joni. Joni memperhatikan tubuh Tina yang hanya mengenakan bra dan kain jarik bermotif batik. Baju Tina, kebaya harian, sudah teronggok dilantai. Belahan buah dada gadis itu menyembul dibalik bra berwarna putih. Tubuh putih mulus itu seakan meminta untuk segera disetubuhi. Joni segera meraih kain jarik yang menutupi bagian bawah tubuh Tina, kain itu segera terlepas.

Tina tergeletak pasrah. Bukan kali ini saja ia harus melayani nafsu Joni. Kalau bukan kebutuhan sekolah adiknya, mungkin ia sudah membayar uang keamanan bulan ini, tapi terpaksa ia melakukan lagi bayaran keamanan dengan tubuhnya.

Tina kembang desa yang sehari-hari berjualan bahan jamu di pasar, kedua orang tuanya sudah tiada 4 tahun lalu karena kecelakaan lalu lintas. Hanya tinggal ia dan adik lelakinya yang usianya beda 8 tahun dengannya. Usia Tina kini sudah menginjak 25 tahun. Sudah banyak lelaki yang melamar untuk memperistri Tina, tapi selalu ditolaknya karena kebanyakan mereka adalah bujang lapuk, duda hidung belang dan pria tua yang cari istri muda. Walaupun tidak buruk nasibnya dan malah mungkin akan lebih baik jika menerima lamaran salah satu lelaki itu. Namun cintanya pada Tejo kekasihnya dari sejak SMA, yang sedang mengadu nasib di Jakarta membuat ia tetap bertahan sampai Tejo datang melamarnya sesuai janjinya. Tejo pula yang mengambil keperawanan Tina sehingga mana mungkin lupa Tina akan janji Tejo yang selalu bilang: “tahun depan akan melamar”, tapi sudah bertahun-tahun janji itu diharapkan dan dinantikan Tina untuk ditepati, dan Tejo dengan seribu satu alasan selalu bilang kalau diundur tahun depan, supaya bisa terus crot sama Tina kalau pulang kampong.

“ahhh…sstt..ooh.” Tina mendesah.

Joni menciumi tubuh putih mulus itu dari pahanya menelusuri selangkangan yang masih tertutup CD warna pink, menjilati area kelamin Tina. Kedua Tangan Joni menelusuri perut rata Tina dan tiba di bagian buah dada yang masih tertutup bra putih dan bermain-main disana.

“hmmm.hh..ssst…” Tina mendesah.

Hanya tiga orang yang pernah menikmati tubuh seksi sang kembang desa, yaitu Tejo (tentu saja), Joni dan Gondrong. Awalnya tiga tahun lalu, memang Joni memperkosa Tina, tapi karena ia tidak dapat berbuat banyak menghadapi kepala preman itu, lama-kelamaan Tina jadi terbiasa dengan perlakuan Joni. Bahkan kadang kalau malam kalau sedang naik libidonya, Tina merindukan jilatan lidah Joni di vaginanya atau sodokan kontol besar Gondrong. Hal yang memicunya untuk ber-masturbasi sembari merindukan sentuhan lelaki.

Walaupun bermain dengan Joni berarti menghianati Tejo pacarnya, tapi apa boleh buat? Tina menikmati bersenggama dengan Joni. Toh hanya sex, walaupun tidak selalu dilakukan hanya untuk sekedar membayar uang keamanan. Tina juga membutuhkan sex sebagai manusia normal. Barangkali di Jakarta si Tejo juga sering main dengan gadis-gadis ibukota.

Jilatan lidah Joni kini sudah menari-nari di itil dan klentit Tina. Celana dalamnya sudah terbuka dan entah ada dimana sekarang.

“hmmhh…” Tina menahan desahannya.

Kedua pahanya dibuka lebar-lebar dan kedua tangannya mencengkeram kepala Joni sambil jemarinya mengerumasi dan memijat-mijat kepala Joni. Sedangkan Joni menikmati harumnya vagina gadis penjual jamu itu. Berkat ramuan tradisional Tina merawat tubuh nya sehingga harum kulit gadis itu berbau wangi alami begitu khas walau tanpa parfum.

Geli gatal yang terasa nikmat menyelubungi tubuh Tina akibat jilatan Joni. Kedua mata gadis itu terpejam, mulutnya terbuka mulai menyuarakan hal yang tidak jelas karena tidak sanggup menahan geli yang amat dashyat. Tangan kiri Tina menahan bobot tubuhnya dan tangan kanannya memegang kepala Joni. Tina memainkan pinggang rampingnya seirama dengan jilatan Joni di bibir vaginanya, sehingga memicu saraf-saraf orgasmenya. Tina kelojotan ketika orgasmenya datang seperti badai berputar-putar di kepalanya. Tina tidak ragu berteriak ketika puncak dari badai orgasme menyambar ubun-ubunnya. Tangan Tina menekan kepala Joni. Kedua pahanya berayun mencengkeram, menjepit kepala pria bajingan itu. Tubuh perempuan itu menggelinjang-gelinjang diatas kasur sambil kedua tangannya meraih seprai dan menarik-nariknya sampai berantakan sambil merasakan deru orgasme menghantamnya.

Inilah yang kadang dirindukan Tina tiap malam dikala ia kesepian. Orgasme akibat, jilatan dan rangsangan dari permainan lidah Joni. Orgasme yang bahkan tidak pernah ia dapatkan dari Tejo kekasihnya. Tejo adalah pria yang sukanya langsung sodok, goyang dan semprot dot com, bahkan kadang tidak sampai 2 menit, meskipun pernah coba pakai viagra tetap saja si Tejo adalah lelaki edi tansil.

Joni berlutut di hadapan tubuh Tina yang sedang mengatur nafas setelah selesai orgasme. Memperhatikan perut rata ramping gadis itu dan buah dada montok yang tertutup bra putih naik turun sambil paru-parunya mengumpulkan oksigen.

“Sudah siap?” kata Joni.

Tina memperhatikan Joni yang sudah telanjang. Penis 17 cm lelaki itu tampak mengacung dan kepalanya tampak berkilat-kilat.

“Belum.” Tina segera bangkit, dan langsung memegang batang kokoh dan keras milik Joni.

Mata gadis itu menatap genit, kemudian ia menjulurkan lidahnya. Tanpa disuruh lagi Tina menjilati kepala penis Joni yang berwarna merah kecoklatan. Di masukkannya kepala penis itu ke dalam mulutnya, lidahnya berputar di kepala kontol Joni, kemudian disedotnya sampai pipi-nya kempot.

“aahhhh…” Joni mengerang, sambil kedua matanya memejam.

Tina kembali mengeluar masukkan penis itu di mulutnya ,di jilat lagi dan disedot lagi sampai kempot. Jemari kiri Tina mempermainkan buah pelir Joni sehingga kuku-kuku tajam gadis itu membuat Joni semakin keenakan.

Mana kuat si Tejo di sepong seperti yang Tina lakukan kepada Joni kata Tina dalam hati. Walaupun kepala titit si Tejo lebih besar diameternya dari milik Joni. Tapi baru di sedot sudah semprot di dalam mulutnya, Sehinggga si Tina kadang gak puas mempermainkan titit Tejo pacarnya itu.

Tangan Joni membelai rambut panjang yang tergerai itu kemudian melintasi punggung mulus dengan bulu halus tangan itu mencari tali bra putih. Tangan Joni meraih tali bra Tina, dilepaskannya bra, ditelanjanginya gadis itu, itu sehingga buah dada putih dengan puting mengacung milik Tina dapat dengan bebas di remas-remas dan dimainkan oleh jemari Joni. Buah dada bulat dan kencang bergantung seperti pepaya mengkal.

Sementara dibiarkannya Tina bermain di penisnya. sungguh enak sedotan-sedotan dan jilatan si gadis. Tidak ada yang sebanding, meskipun disandingkan dengan para perek senior yang sudah malang melintang di dunia prostitusi disekitaran pasar, permainan oral mereka tidak seperti permainan Tina yang serius menghayati setiap inci jilatan dan sedotan di penis Joni.

Itu sebabnya Joni selalu melindungi Tina dari anak-anak buahnya yang haus sex itu. Ia hanya memberikan Tina kepada Gondrong sahabatnya. Pernah ada anak buahnya yang nakal mencoba-coba colek dan perkosa Tina, dan buntutnya dibuat babak belur sampai cacat oleh Joni.

“Pegel, Kang.” Tina mengeluarkan penis Joni dari mulutnya. “kog, Mas gak keluar-keluar sih kalau Tina sedot.”

Joni Tidak menjawab. Ia menyerbu bibir seksi gadis berambut panjang itu. Tina melawan lumatan bibir Joni, dikeluarkan lidahnya sehingga lidah keduanya saling beradu, berpagutan saling berusaha membelit satu sama lainnya. Joni mendorong gadis itu perlahan-lahan di tindihnya tubuh putih mulus itu. Bibir keduanya masih saling beradu. Penis Joni sudah berada di ujung lobang vagina Tina. Gadis itu kegelian ketika kepala penis lelaki itu bermain di pintu liang vaginanya. Tina membuka pahanya lebar-lebar. Joni juga tampaknya tidak ingin lama-lama bermain di ujung vagina si gadis. Ia mendesak penisnya memasuki vagina sempit dan sudah basah itu. Tina memeluk Joni , ketika penis lelaki itu sudah mentok memasuki vaginanya.

Joni mulai menggoyang penisnya menikmati vagina legit dan lembab milik Tina. Gadis itu mendesah pelan, Kedua tangan Tina melingkar memeluk tubuh kekar lelaki yang sedang menidurinya itu dan mulutnya menggigit pundak kekar Joni karena geli mulai terasa di memeknya.

Tiba-tiba Suara pintu kamar tempat mereka bermain di gedor-gedor.

Keduanya langsung menghentikan permainannya karena kaget.

“SIAPA!?” Joni membentak.

“Kang Joni, ada massa dari pesantren Al- Muqarraf sudah ada di ujung pasar, udah mau menyerbu ke pangkalan.” Teriak suara dari luar.

“Iya nanti, tanggung nih. kamu halangi dulu.” Joni menyahut.

“Udah ribut Kang, anggota kita udah ada yang kena bacok.” Sahut suara lain dari luar.

“Udah kang, urusin dulu deh.” Kata Tina sambil membelai pundak Joni.

“Tanggung nih. Aku keluarin dulu deh.” Kata Joni.

“Mas kan mainnya lama.” Kata Tina sambil tersenyum sambil mengecup bibir lelaki itu.

Joni menarik keluar penisnya dari dalam vagina Tina. Kemudian Ia turun ranjang sambil meraih pakaiannya yang bertebaran di lantai.

“Asu! Jancok!” Joni mengumpat sembari Ia memakai celana dalamnya, menutupi penis panjangnya yang terlihat masih konak itu.

Sebenarnya Tina juga merasa tanggung baru mulai udah ada kejadian ribut-ribut.

“kamu keluar lewat jalan belakang ya. Lebih aman.” Kata Joni sambil berpakaian. “Nanti malam aku ke rumah kamu ya, kita lanjut.”

Tina mengangguk sambil memakai bra-nya menutupi buah dada montoknya itu.

Setelah berpakaian. Joni mengecup kening Tina.

“Kang Mas hati-hati ya, jaga diri.” Kata gadis itu sambil membelai pundak lelaki itu.

Joni hanya tersenyum. Ia meraih keris yang selalu dibawanya, dan segera keluar kamar meninggalkan gadis telanjang yang sedang berpakaian.

Joni heran sekaligus penasaran. Selama ini pesantren Al- Muqarraf, yang terletak di pinggir kota, selalu adem-ayem tidak pernah mengganggu daerah kekuasaannya. Apalagi sampai menyerbu lokalisasi prostitusi kelas teri di belakang pasar, berarti ada yang tidak beres kali ini.

Joni berdiri di jalanan pasar. Para anggota geng bercampur dengan warga sudah siap dengan senjata tajam dan tumpul di tangan mereka. Api menjilat-jilat dari lapak-lapak pasar yang di bakar oleh gerombolan perusuh yang memakai baju putih-putih itu. Ruko di sepanjang pasar sudah tutup, sebagian hancur diobrak-abrik gerombolan perusuh itu.

Polisi dengan sigap cepat datang dan kini mereka sudah berdiri diantara Warga dan Geng Joni agar tidak terjadi pertumpahan darah lebih lanjut. Gerombolan pengacau tersebut diketahui merupakan massa dari pesantren Al-Muqaraf (Muqaraf bahasa arab artinya “cabul”, gan).

Joni merasa geram karena dua orang anak buahnya terluka kena bacok saat bentrok fisik. Untungnya pasukan polisi bermotor cepat datang ke lokasi dan kedua anak buahnya Joni sudah segera dibawa ke rumah sakit di dekat pasar. .Yang membuat Joni makin geram adalah ia lagi enak-enak baru merasakan lagi memek sempit si Tina penjual jamu yang sudah lama tidak dinikmatinya , datang gerombolan pengacau yang mengatas namakan agama.

Pesantren Al-Muqaraf terletak di pinggiran kota kabupaten. Pesantren yang sejak dahulu banyak menampung residivis, mantan preman dan mantan pecandu narkoba yang bertobat dan ingin mempelajari agama. Pesantren yang didirikan sejak rezim orde baru sekitar tahun 1980-an itu selama masa itu pesantren tersebut sempat jadi contoh teladan toleransi bagi masyarakat dari luar kota kecil itu. Hampir rata-rata, para santri pesantren tersebut berasal dari luar kota.

“Kog bisa tuh santri-santri Al-Muqaraf beringas begitu?” Joni berkata kepada Gondrong yang berdiri di sebelahnya.

“Kayaknya pengaruh pemimpin pondok pesantren yang baru deh. Pengganti Kyai Rahman yang meninggal setahun lalu.” Jawab Gondrong.

“Anaknya kan, si Iqbal. Bukannya dia dulu waktu SMA ikutan nyimeng bareng lo?” kata Joni.

“Iya, sekarang gelarnya dia Al-Habib. Gosipnya, gelarnya dibeli dari seorang ulama waktu ikut perang di Suriah. Dia juga pernah perang di Afganistan, Palestina, Libya dan Irak. Dia juga baru pulang tahun lalu.” Gondrong menjelaskan.

“Wah, pantes. Beringas begitu. Barangkali ikut ISIS kali dia.” Si Gentong yang tiba-tiba nongol menyahut.

“Kita gimana nih, Kang?” kata Gentong. “Kita langsung sikat aja nih. Masa anggota kita dibacok gara-gara menghalangi mereka waktu mau bakar pasar.”

“Nanti dulu. Kalau mereka maju melawan polisi, kita baru ikut hajar mereka.” Kata Joni, yang walau hatinya dongkol, Joni masih berusaha tenang.

Gentong dan Gondrong langsung menenangkan anak-anak buah mereka yang sudah berteriak-teriak tidak sabar untuk membalaskan dendam temannya yang terluka kena bacok.

“Bubarkan tempat pelacuran!” Santri-santri berteriak-teriak sambil menggemakan takbir. Mereka mengacung-acungkan senjata tajam berbagai jenis.

“Hapuskan maksiat dari kota ini!” sambil bertakbir, seorang pria berjanggut kambing, bersorban putih, berjubah putih dan membawa pedang khas arab berteriak dari pengeras suara.

“Itu si Habib biang rusuh.” Tunjuk si Gondrong.

Si Joni hanya mengangguk-angguk saja mendengar penjelasan Gondrong.

“Bubar semuanya atau kami tindak tegas!” komandan polisi bersuara tidak mau kalah.

“Ayo kita lawan polisi thogut! hajar!” Suara si Habib memanaskan keadaan.

Para santri hendak bergerak maju. Para polisi langsung bersiaga dengan tameng masing-masing. Demikian pula Geng Joni bersiaga dengan senjata di tangan.

“Minggir-minggir, petugas mau lewat!” suara dari belakang kerumunan warga terdengar.

Joni melihat barisan panjang pasukan Brimob dan TNI lengkap dengan senjata laras panjang merangsek maju. Mereka menyuruh minggir masyarakat dan anggota geng-nya yang sedang berkerumun. Joni Kenal dengan komandan mereka yaitu Kapten Jiman, ditemani AKBP. Tatang yang berjalan disampingnya. Kapten Jiman langsung menghampiri Joni, sedangkan AKBP Tatang buang muka begitu melihat Joni, ia langsung menghampiri pasukannya yang sedang bersiaga. Mungkin AKBP. Tatang masih dongkol karena belum lama kedua polwan-nya pernah diperkosa geng Joni.

“Jon, kamu suruh anak buah kamu minggir!” Kapten Jiman berkata.

“Kenapa, ini kan warga Pak?” Joni beralasan.

“Kamu semua minggir dulu! Saya nggak mau ada korban lagi dari warga atau anggota kamu.” Kata Kapten Jiman. “Biar saya yang urus santri-santri sesat itu. Udah jadi teroris mereka itu.”

Joni tidak punya pilihan lain. Ia menengok kepada Gondrong dan Gentong, dan memberi isyarat supaya membubarkan pasukannya. Mereka segera beranjak dan berkumpul di gang-gang sempit tempat pintu masuk ke daerah pelacuran kelas teri.

Tidak lama keadaan berhasil di tenangkan. Para santri beringas itu berhasil di halau oleh polisi dan TNI kembali ke pesantren mereka, tanpa ada perlawanan dari para santri. Sekarang warga dang eng Joni malah sibuk membantu petugas pemadam kebakaran untuk memadamkan api di pasar supaya tidak merembet ke bangunan lain.

“Gimana kita, Kang?” kata Gentong.

“Liat nanti itu Habib Iqbal, si teroris itu bakal kugilas.” Kata Joni geram, “ayo ke markas!”

Joni beranjak dan anak-anak buahnya langsung mengikuti pimpinan mereka.

Bersambung ke bagian 4

Minggu, 16 April 2023

petualangan si joni bagian 2

 

slot gacor hari ini, slot maxwin, slot gacor

“Kalian ngapain?”

Suara keras dari seorang wanita mengagetkan kedua pria yang sedang asyik menghisap ganja itu. nagapoker88

Dua orang polwan berdiri di hadapan mereka. Kedua pria itu kaget setengah mati melihat polisi yang tiba-tiba muncul dari balik gang sempit di belakang pasar itu. Tidak biasanya polisi berseragam sampai masuk sampai ke area prostitusi gelap dibelakang pasar. Palingan hanya sampai jalan depan pasar, mengatur lalu lintas sambil menggedor body mobil angkot yang suka berhenti lama, itupun hanya polisi gendut, bukan polwan yang masih muda dan cantik.

Rina berambut sebahu dengan wajah tirus dan tubuh yang semampai. Rina terlihat lebih kurus dari polwan yang bernama Wati. Wati berambut cepak bondol. Yang berambut bondol tidak, gemuk hanya saja potongan badannya agak sedikit besar. Kulit keduanya tampak putih mulus terawat seperti polwan-polwan yang sering jadi bintang di TV, bahkan dengan make up minim seperti hari itu, mereka tetap terlihat cantik.

Keduanya baru lulus akademi kepolisian, Rina dan Wati. baru seminggu diperbantukan di kota kecil itu. Karena baru bertugas. Kedua polwan itu masih senang muter-muter dan jalan-jalan. Walaupun sudah diingatkan oleh atasan mereka untuk hanya berpatroli sekitar daerah pemukiman, tapi namanya perempuan selalu penasaran apalagi menyangkut soal pasar dan belanja.

“Lagi ngisep ganja ya?” celetuk Wati. “Ayo ikut ke kantor!”

“Buset dah, Baunya sampai ujung gang.” Rina dengan logat betawi-nya yang kental sambil mengibas-ngibas tangannya.

Kedua lelaki itu bernama Irwan dan Anto. mereka adalah anak buah geng Joni yang sehari-hari nongkrong dan mabok disekitaran pasar. Selain itu mereka juga menjadi bandar ganja di sekitaran lokalisasi pelacur kelas teri.

Irwan reflek berdiri dan menghindar ketika Wati hendak merebut lintingan dan sekantung ganja yang ada di tangannya. Ketika Wati hendak menyerang kembali, pemuda itu menendang kaki Wati, dan Anto mendorong Wati hingga jatuh menabrak Rina, Kedua polwan itu jatuh terjungkal di jalanan semen yang becek dan bau pesing.

Irwan dan Anto langsung lari tunggang-langgang. Paranoid. Lagi nyimeng mendadak muncul polisi. (Kebayang gak gan? Kalo agan dulu waktu kecil pernah lagi coba-coba belajar merokok terus tiba-tiba nyokap atau bokap lo muncul dari belakang. Nah, kayak gitu rasanya.)

Wati dan Rina dengan sigap bangkit. Kedua-nya langsung mengejar dua preman pasar yang kalang-kabut itu. Karena baru bertugas, Rina dan Wati tidak dibekali dengan pistol, karena sebenarnya keduanya hanya bertugas mengawasi ketertiban dan kebersihan di daerah pemukiman.

“Maling!…Maling!” Wati berteriak.

Orang-orang yang sedang lalu-lalang dan duduk-duduk sepanjang lorong langsung sigap mendengar teriakan. Tapi begitu mereka mengetahui kalau ternyata Irwan dan Anto yang sedang dikejar, maka mereka hanya terdiam mematung sambil melihat kedua polwan itu berlari mengejar preman kelas teri itu. Kalau ada yang ikut mengejar bisa habis nantinya di hajar geng Joni. Apalagi sepanjang lorong itu kebanyakan juga teman Anto dan Irwan, yaitu pria hidung belang, sesama preman, pedagang asongan, pelacur dan germo.

Rina bingung ketika melintasi orang-orang di sekitarnya, karena nggak biasanya orang-orang hanya diam melihat. Apalagi kalau mendengar teriakan sakti dengan kata ‘maling’. Tapi ia terus ikut berlari mengikuti Wati yang emosi karena tadi jatuh di tendang oleh kedua preman itu. Maklum Wati keturunan Jawa campur Sumatra, emosinya Sumatra-nya sedang meledak saat ini.

Irwan dan Anto tidak lari ke arah jalan raya tetapi semakin masuk ke dalam gang.

“Sudah Wat. kita lapor saja ke kantor.” Kata Rina dengan nafas tersenggal-senggal.

Tapi Wati tidak mempedulikan perkataan Rina. Dia terus berlari memburu kedua preman kampong itu. Rina mencoba meraih HT di pinggangnya namun ternyata HT nya tidak ada. Rupanya jatuh saat mereka terjungkal tadi. Hanya Wati yang HT nya masih tampak menggantung, tapi wanita itu tidak mau berhenti berlari, tidak mau melepaskan buruannya. Rina mengikutinya dengan nafas yang sudah mulai berat, mungkin karena emosi, jadi si Wati menjadi berlipat tenaganya.

Kedua polwan itu berbelok di gang antara dua rumah. Di kiri-kanan gang tersebut terdapat dua buah rumah yang tampak tertutup rapat dan mungkin tidak berpenghuni. Diujung gang dibatasi tembok sekitar 1,5 meter. Rupanya gang buntu. Tampak Anto sedang susah payah memanjat tembok yang membatasi gang tersebut.

Rina menghentikan langkahnya untuk mengatur nafas. Sedangkan Wati berlari menyergap sambil kemudian menarik kaki Anto yang setengah badannya sudah berada di batas atas tembok.

“Turun Kamu!.” Bentak Wati, sambil menarik paksa ujung celana dan kaki Anto..

Anto reflek menendang-nendang hendak melepaskan cengkraman polisi itu, sehingga kakinya mengenai wajah dan dada Wati. Polwan itu kewalahan akibat tendangan kaki Anto, ia kehilangan keseimbangan dan terjatuh.

Melihat temannya jatuh, Rina beringsut maju, hendak membantu. Tiba-tiba sebuah benda keras menghantam tengkuknya. Rina langsung jatuh lemas, pandangannya menjadi gelap.

***************************************************

Rina membuka matanya. Ia melihat segerombolan pemuda berdiri di depannya. Terbaring di lantai yang dingin dan berdebu, Ia berusaha menggerakan tangannya namun ternyata kedua tangannya di borgol ke kaki meja. Rina berusaha mengenali tempat dimana dia tersandera yang seperti sebuah gudang. Terdapat banyak kotak kayu bertumpuk-tumpuk di sekelilingnya.

“udah bangun dia, boss.” Suara lelaki muda kurus berkulit hitam, dengan tindikan di hitung, di depannya sambil menoleh ke kiri.

Rina menoleh ke arah yang ditunjukkan kepala lelaki itu. Tampak seorang lelaki berjanggut dan berkumis tipis duduk di sofa rombeng di pojok ruangan. Didepannya sebuah peti bekas berfungsi sebagai meja yang diatasnya tampak alat hisap narkotika. Tumpukan daun ganja kering. Joni menghisap bong sabu besarnya dan mengepulkan asapnya. Kemudian ia berdiri menghampiri Rina.

“Ini akibatnya kalau polisi sok tau berani ganggu kelompok kita.” Joni tersenyum mesum tatapannya tidak lepas dari tubuh Rani yang terborgol tidak berdaya di lantai.

“Lepasin gue! Liat aja lo bakal tahu akibatnya nanti!” Rina menggertak.

“Kamu anak baru di kota ini. Nggak usah sok jago mentang-mentang pakai seragam.mustinya atasan kamu sudah kasih kamu pengarahan. Atau kalian lagi cari muka supaya naik pangkat?”

Terdengar teriakan histeris Wati. Rina segera menoleh ke kirinya arah suara itu berasal. Ia sempat lupa dengan Wati. Dan kini dilihatnya pemandangan mengerikan. Wati bugil, dengan kedua tangannya di borgol ke pipa besi di pojok ruangan. Seorang lelaki gendut yang tidak mengenakan celana sedang berada di antara selangkangan Wati. Lelaki itu memperkosa Wati yang terlihat meronta-ronta berusaha menolak penis lelaki gendut yang sudah tenggelam di memeknya. Semakin Wati memberontak, semakin lelaki gendut itu merem melek.

Suara tertawa lelaki setengah telanjang di sekeliling Wati membuat suasana tiba-tiba menjadi ramai. Para lelaki itu sedang mengocok penis mereka masing-masing di hadapan Wati kemudian Ada pula yang meremasi toket Wati yang putih dan besar itu. Seragam Wati terlihat teronggok robek terinjak-injak oleh komplotan yang kemudian berkerumun melihat adegan itu. Lelaki gemuk yang sedang memperkosa Wati menghentikan goyangan pantatnya, wajahnya merem melek keenakan karena sedang mengeluarkan mani-nya di dalam vagina Wati. Kemudian ia mengeluarkan penisnya dari dalam vagina Wati.

“Si Gentong, edi tansil.” ledek lelaki yang berdiri membelakangi Rina. disusul suara ketawa gerombolan itu.

“Eh, aku ini setia kawan biar semua kebagian. Kapan lagi nge-croot di memek polwan. Siapa lagi tuh? Daripada ngocok depan TV sambil liat polwan.” Suara lelaki yang dipanggil Gentong itu menyela dengan logat Jawa yang kental.

Sebagian lelaki yang sudah setengah telanjang itu segera berebutan untuk dapat segera menancapkan penis mereka ke dalam Wati.

“Eh, aku dulu ini kan jarahan aku.” Anto lelaki yang tadi dikejarnya rupanya berada diantara para lelaki yang sedang mengocok itu.

Kawan-kawannya segera mundur untuk memberi jatah kepada Anto. Anto langsung mengambil posisi diantara selangkangan Wati dan mengarahkan penis panjangnya.

“ahhhkk….” Wati mengerang ketika Anto mendesak masuk penisnya.

Bersamaan dengan itu seorang lelaki lain menyodorkan penisnya ke mulut Wati yang sedang terbuka, dari penisnya terlihat semprotan peju putih berhamburan.
“makan nih peluru pistol,gue”

Wati gelagapan berusaha menutup mulut dan matanya ketika peju lelaki itu menyembur-nyembur menempel di mulut, hidung dan matanya. Tapi ia tidak berdaya ketika Anto mulai bergoyang menikmati vaginanya. Wati merintih sambil melihat vaginanya yang sudah diisi oleh penis panjang milik Anto.

“Anjing, longgar kali ini meki.” Kata Anto sambil keluar masuk Wati. “Titit Gentong kecil kog bisa longgar begini.” Suara ketawa gerombolan itu pun meledak. Gentong yang merasa diledek segera menghampiri dan mendorong-dorong pantat Anto, sehingga menimbulkan tertawa dan umpatan kesal dari Anto karena diganggu.

Berbeda dengan Rina yang selama di akademi termasuk gadis yang alim dan jarang bicara dengan taruna pria, maka Wati sebaliknya. Wati memang sudah tidak perawan ketika di akademi. ia sering gonta-ganti pasangan. Seks bebas di kalangan taruna akademi kepolisian sudah menjadi rahasia umum antar sesama taruna. Tidak semuanya sih, sebagian saja, itupun bagi mereka yang tidak bisa menahan nafsu dan dengan syarat mau-sama mau tapi kalau ketahuan kena hukuman juga. Maklum anak astrama ditambah latihan dan pendidikan yang membuat frustasi, karena narkoba sulit didapat, maka seks bebas menjadi pilihan.

“Kurang ajar kamu!” Rina berteriak ketika celananya dibuka paksa.

Ia hanya bisa meronta-ronta, namun apa daya dalam kondisi seperti itu tidak bisa melawan. Lelaki gondrong yang melepaskan celananya langsung meraih selangkangan Rina yang terbalut celana dalam hitam. Tangan lelaki itu segera bermain di area bibir vaginanya. Rina menggelinjang antar geli bercampur malu. Ia belum pernah disentuh oleh lelaki ,bahkan kekasihnya. Baru kali ini bagian tubuhnya disentuh bukan oleh kekasihnya melainkan hendak diperkosa.

“Udah tenang aja. Kamu nikmatin aja nanti. Jangan harap datang Brimob, Densus 88 bahkan SWAT, FBI, atau CIA, atau siapapun. mana berani kesini.” Joni tertawa sambil melihat ulah si Gondrong. “Udah lo buruan habisin ,Ndrong. Masih 30 orang lagi nih teman-teman lo yang ngantri di belakang lo. Biar yang 50 orang itu nikmatin cewe yang disebelah sana.”

“Beres Bos. Gunting tadi sini dong ku pinjem” Si Gondrong berkata kepada orang yang sedang berdiri.

“kalau kalian semua sudah selesai!” Joni berteriak ke kerumunan gerombolan yang sedang menunggu giliran untuk memperkosa Wati dan Rina. Mereka mendengarkan dengan antusias pimpinannya itu.

“Kalo kalian sudah kelar, suruh masuk 80 orang yang antri diluar, gantian, sepuluh-sepuluh masuknya. Gentong, Kamu atur tuh antriannya. Aku mau nyabu dulu.” Joni berjalan kembali ke arah sofa bututnya. nagapoker88

“Siap komandan.” Kata Gentong.

Rina pasrah ketika seragamnya di gunting oleh Gondrong. ada sekitar 30 orang yang berdiri di depannya sedang menyaksikan prosesi pembugilan Rina. Dirobek-robek seragamnya sampai ia hanya tinggal menggunakan bra dan celana dalam. Kemudian si Gondrong memotong tali Bra Rina. Ia saat ini hanya bisa menangis, Ia sudah tidak berdaya. Kalau saja Wati tadi tidak nafsu mengejar kedua bandar ganja itu mungkin nasib mereka tidak seburuk ini.

“keluarin-keluarin.” Teriakan serempak orang-orang menggema di gudang itu.

Rupanya kelompok yang sedang mengerumuni Wati itu sedang bersenang-senang. Sudah bukan Anto lagi yang menanam tititnya di vagina wanita itu, melainkan sudah berganti orang. Toket, perut dan wajah Wati penuh cairan peju dari para anggota ormas yang sibuk mengocok titit masing-masing mengelilingi tubuh gadis seksi itu. Sudah tidak tahan melihat adegan bokep live, apalagi kali ini polwan yang jadi bintang utamanya.

“Hore..” Teriakan dan siulan meriah terdengar, ketika lelaki yang sedang menyenggamai Wati sedang nyemprot di dalam memek. Lelaki itu langsung di tarik temannya, supaya gantian.
Dari lobang vagina Wati yang sudah terlihat memerah, membulat longgar itu terlihat cairan-cairan putih berlelehan, hasil semprotan laki-laki yang sudah bergantian orgasme di vaginanya. Wati sudah terdiam pasrah,matanya tertutup dan kepalanya tergolek karena sudah pingsan.

Buah dada Rina dijilati dan diremas-remas oleh Gondrong. puting nya coklat dan tampak masih kuncup membuat Gondrong makin bernafsu. Toketnya yang kecil tapi kenyal diremas-remas tangan lelaki itu. Rina sudah bugil total. Seragammya yang sobek dan pakaian dalamnya berserakan di lantai.

“ini rapet banget nih.” Kata Gondrong sambil mengobel vagina Rina.

Rina menggelinjang kegelian, ia tidak dapat menahan geli, apalagi titik sensitifnya disentuh.

“jembut nya tipis bos.” Kata lelaki yang ditindik hidungnya memperhatikan.

Dua orang yang sejak tadi menonton Rina di bugilin tidak tahan, mereka sudah buka celana dan mengambil posisi mengocok di samping kiri-kanan Rina. Tidak tahan melihat tubuh seksi Rina yang walaupun kurus dan perutnya rata tapi buah dadanya tidak rata cenderung kencang dan menantang. Garis-garis tulang rusuk Rina terlihat dalam posisi yang demikian ,bagi laki-laki yang suka perempuan kurus adalah pemandangan yang sangat seksi.

Si gondrong sudah membuka pakaian yang dikenakannya. Sehingga pria itu telanjang bulat di hadapan Rina. Sebagian orang yang menyaksikan bersorak ketika si gondrong telanjang Karena hanya pria itu yang berani telanjang, sedangkan yang lain hanya membuka celana saja. Rina melihat penis besar si Gondrong sedang ngaceng tegak mencuat. Kepala penisnya yang berdiameter 7 cm mengkilap bagai topi baja tentara. Batang hitam berurat sepanjang 18cm itu diarahkannya diantara bibir vagina Rina.

“Jangan-jangan.” Rina berusaha menolak.

“Diam kau lonte!” Gondrong membentak. Ia menampar Rina berkali-kali.

“ampun…ampun.” Rina mengaduh kesakitan.

Si Gondrong menghentikan tamparannya. Ia kembali menekan penisnya, menyelipkan diantara bibir vagina si polwan yang masih segaris itu. Ia menekan kepala penis besarnya. Sempit dan agak sulit masuknya.

Rina berteriak menangis ketika rasa sakit terasa di vaginanya, Si Gondrong terus mencoba menghujamkan penis kerasnya itu, merobek selaput dara Rina, dan menekan terus menelusuri vagina sempit yang belum pernah dimasuki oleh kelamin lelaki. Rina meringis, air matanya bercucuran setiap inci-demi inci penis si Gondrong memasuki liang senggamanya.

“perawan, nih. Enak banget, legit.” Gondrong tertawa. “eh , jangan keluarin di badannya dulu sebelum aku kelar!” Gondrong membentak lelaki di sebelah kiri yang hendak mengeluarkan mani di mulut Rina. Lelaki itu mengurungkan niat dan terpaksa mengeluarkan peju-nya di lantai.

“Yang pada nggak sabar ke sana aja!” Gondrong menunjuk kerumunan tempat Wati diperkosa. “sempit gini, bikin betah nih aku mainnya.”

Rina melihat vaginanya yang sudah dipenuhi benda hitam besar dan hangat itu. Terlihat bibir vaginanya terisi penuh oleh penis si gondrong yang sudah mentok di dalam dan hanya menyisakan 1 inci penis hitamnya diluar.

Gondrong segera menggoyang pantatnya, mengocok penisnya di dalam vagina rapet dan legit itu. Dinding vagina Rina terasa bergerinjal-gerinjal seperti ada cincin dan butiran pasir di sekelilingnya. Dan ujung vaginanya terasa membetot kepala penis lelaki itu. Bibir memek ikut keluar masuk setiap si Gondrong mengeluar masukkan benda kebesarannya itu.

Laki-laki itu mengambil posisi seperti orang sedang push up. Keringat dari leher lelaki Gondrong itu bertetesan di dada dan leher Rina. Rina merasa jijik, tapi ia sudah tidak bisa meronta, apalagi penis besar milik Gondrong yang tertanam di dalam vaginanya membuat pinggangnya terkunci. Rina membuka kedua pahanya lebar-lebar berusaha meredam rasa perih akibat gesekan penis si Gondrong.

“Jangan ada yang rekam!” Gentong merebut hp anggota yang sedang merekam kejadian keji itu. “siapa lagi yang rekam, sini!, kalo sampe beredar di semprot atau krucil, ku bantai orangnya!”

Beberapa anggota ormas yang merasa merekam langsung sukarela memberikan handphone kepada Gentong.

Rani merasakan vaginanya perih bercampur gatal seperti kesemutan di seluruh tubuhnya. Lelaki itu menggoyang pinggulnya makin intens, sesekali Gondrong mengeluarkan jurus memutar penisnya. Hal tersebut yang membuat Rani merasa kegelian. Tiba-tiba rasa geli bercampur gatal menyelimuti tubuh gadis itu. “Ah…ahhh…” Rani mendesah. Ketika tiba-tiba rasa gatal sudah terkumpul mendesak dari bagian bawah perut menusuk melewati jantung dan dalam sekejap seperti sambaran petir langsung menguasai kepalanya. Rina sampai kelojotan merasakan hal yang baru pertama kali dirasakannya. Ia menggigit bibir bawahnya. Perutnya yang rata tampak berkontraksi dan putting susu yang yang kecil makin tajam mencuat.

Gondong terus memacu penisnya membuat gadis itu blingsatan. Pria multi orgasme itu memang jago menahan air-maninya supaya tidak tumpah keluar cepat apalagi saat ini penisnya seperti disedot-sedot dan di cengkeram akibat kontraksi vagina Rina yang sedang merasakan orgasme.

Rina melihat kembali ke arah vaginanya. Terlihat bibir vaginanya sudah memerah. Bercak darah terlihat di titit Gondrong yang sedang keluar masuk. Rani kembali mendesah ketika sinyal-sinyal geli yang baru saja dirasakan kembali menyambar tubuhnya. Tubuhnya kelojotan. Gondrong menghentikan kocokan tititnya. Rina menarik nafas nya yang tidak beraturan. Gundukan buah dadanya tampak naik-turun, menggemaskan.

“Buka borgolnya!.” Kata si Gondrong.

Seorang pemuda membuka borgol Rina. Sehingga tangan Rina bebas. Si Gondrong segera mengangkat tubuh kurus Rina, sehingga kini Rina di pangkuannya. Lelaki itu segera meremas-remas buah dada kencang yang terpampang di hadapan wajahnya. Rina sudah lemas , sudah tidak ada tenaga melawan.

Kedua tangan Gondrong memegang pinggang si gadis dan dinaik turunkannya tubuh Rina. “ahhh..ssst….oooh..” Rina mengerang. Kedua tangannya menjulur kebelakang menahan bobot tubuhnya supaya tidak ambruk, buah dadanya terlihat bergoyang-goyang dalam posisi demikian. Ia hanya memejamkan mata, karena dirasakannya geli dan gatal menyerang tubuhnya. Sudah lupa dengan rasa perihnya tadi. Rina tidak menghiraukan suara-suara bising yang sedang ramai memperkosa Wati, seperti sedang nonton pertandingan bola.

“oohhh…” erangan panjang Rina terdengar sembari tubuh putih kurus itu kelojota dan ambruk di lantai.

Gondrong memutar tubuh putih mulus itu. Dengan gaya doggy Style. Rina sudah sangat lemas karena sudah 3 kali orgasme. Si Gondrong memegang pingggang si gadis dan mulai kembali mengocok penis di vagina legit milik polwan itu.

Dari posisinya Rina bisa melihat Wati yang terbujur kaku. Badan Wati sudah bermandikan air mani. Rambut bondol nya juga sudah penuh dengan peju. Tidak hanya badannya, lantai disekitar daerah selangkangannya sudah banjir air mani pula. Dari vaginanya sudah tidak terlihat jembutnya atau lobangnya, hanya terlihat cairan mani berleleran disekitarnya. Entah berapa liter air mani para lelaki itu yang sudah di semprot ke badan Wati.

Beberapa anggota ormas sudah keluar ruangan dan sudah digantikan beberapa yang baru untuk giliran menyetubuhi Wati. Kini, hanya tersisa sekitar 10 orang yang dengan sabar menunggu giliran untuk menyetubuhi Rina, termasuk si idung tindik.

Gondrong meremas-remas buah dada kencang itu sambil Penisnya menghujam-hujam di vagina Rina.

“Enak, Nggak!” bentak Gondrong.

“ahhh…enak..ssttt.” Rina mendesah dan meringis.

“Makanya jangan kurang ajar sama geng kita.”

Gondrong melepaskan remasannya. Lelaki itu sudah tidak kuat lagi menahan lebih lama air mani yang terkumpul di ujung tititnya. Penis lelaki itu mendesak dan mentok di ujung rahim Rina. Air maninya bermuncratan di dalam rahim polwan itu.

“polisi lonte! nih biar bunting!.” kata si Gondrong.

Bersamaan dengan itu, Rina merasakan orgasme kembali menyerangnya. Tubuh perempuan itu ambruk kelojotan di lantai. Rasa panas akibat semprotan mani si Gondrong dirasakannya bersamaan dengan sambaran petir di ubun-ubun kepalanya.

Tubuh keduanya terdiam sesaat. Si Gondrong masih merasakan pijatan-pijatan memek Rani memeras peju nya yang masih tersisa di saluran kelaminnya.

“Gantian dong, Bos.” Kata si idung tindik.

“yang sana aja kenapa sih?” Gondrong gak suka kalau di sela.

“yang sana udah becek. Mana si Budi udah masuk ke itu cewe.” Kata si Tindik. “Budi kan biangnya sipilis, Boss.”

“Kampret tuh anak.” Si Gondrong memaki. Ia mengeluarkan penis panjangnya dari dalam vagina Rani. Sedikit cairan peju ikut mengalir keluar dari dalam vagina perempuan itu.

“Siapa lagi yang kena sipilis atau aids?” Si Gondrong berkata ke sepuluh orang yang ngantri di belakangnya.

Mereka semua menggeleng.

“Ndro, lo jagain ni polwan. memeknya enak. Yang sipilis silahkan kesana! kalo sipilis yang pakai ni cewe gue bantai. Gue mau pakai lagi abis giliran kalian.” Si Gondrong berkata penuh wibawa kepada 10 orang itu.

Seorang pria kurus keluar dari kerumunan kesepuluh orang itu, tanda ia mengidap penyakit. Pria itu segera bergabung di antrian yang sedang memperkosa Wati.

Si Indro yang idungnya di tindik. Sudah bugil juga. Ia mengelus-elus tubuh Rina yang sudah berkeringat. Rina dalam posisi tengkurap tidak berdaya. Indro membalik badan Rina dan menciumi tubuh putih mulus kurus itu. Rina mendesah ketika rasa geli akibat jilatan Indro menyerbu perutnya.

Si Gondrong berjalan ke arah sofa butut. Masih dalam keadaan telanjang, tidak malu. Penisnya goyang-goyang bergantung sambil berjalan. Ia mengambil lintingan ganja di meja peti itu. Sementara, Joni tampak asyik menonton sambil mabuk, menikmati kesenangan anak-anak buahnya.

Rina hanya melihat ke arah mereka. Tubuhnya terguncang-guncang. Si Indro sudah masuk ke vaginanya dan kini sedang memompa tititnya di vagina Rina. Kedua tangan si Indro meremas-remas payudara si Gadis.

*****************************************

Rina tersadar. Ia melihat sekitarnya. Tubuhnya terbaring di ranjang rumah sakit. Seorang perawat langsung keluar ruangan ketika melihatnya sadar.

Gadis itu merasa tubuhnya sakit semua. Ia tidak ingat kenapa ada di rumah sakit itu. Yang dia ingat terakhir ketika si Gondrong menyodoknya untuk menyemprot maninya untuk kedua kalinya. Ia tidak ingat apa-apa ketika orgasme terakhir melandanya.

Seorang pria setengah baya berkumis masuk ke dalam ruangan. Rina reflek mengangkat tangannya memberi hormat. Karena pria itu adalah AKBP. Tatang, Kapolres tempatnya bertugas.

“Sudah tidak usah.” Kata Tatang.

“kog aku bisa sampai sini, Pak.” Kata Rina lemah.

“Kamu tidak ingat?” tanya Tatang.

Rina menggeleng. nagapoker88

“Kamu diperkosa. Pelaku sudah diamankan dan sekarang sedang di proses. Kamu ditemukan warga di luar kota dalam kondisi telanjang dan pingsan.” Tatang menjelaskan. “kalau kamu sudah pulih, nanti kita buatkan kronologinya untuk kepentingan persidangan.”

Rina mengangguk.

“Oh iya, ada kabar duka. Rekan kamu, Wati sudah tiada. Tubuhnya ditemukan mengenaskan, kelaminnya sobek dan hancur.” Kata Tatang. “Tampaknya dia diperkosa dengan brutal.”

Tatang meninggalkan ruangan tempat membiarkan Rina menangis. Sebenarnya, Tatang tahu pelaku perkosaan terhadap kedua anggotanya. Namun akibat pengaruh ormas yang dipimpin Joni, serta tekanan politik dari backing Joni di pemerintahan pusat. Akhirnya Tatang menahan 2 orang yang diserahkan oleh kelompok Joni.

Sebenarnya kedua orang itu tidak bersalah dan bukan anggota ormas. Karena punya utang dalam jumlah banyak kepada geng Joni, dan keluarga mereka diancam, maka sukarela mereka mengakui kebohongan yang diskenariokan kelompok Joni. Dengan jaminan mereka aman selama di penjara, karena banyak teman-teman dari geng Joni di sana.
Tatang tau dari laporan intelejen lapangan, tapi kalau semua anggota ormas di tahan bisa penuh penjara. Gimana bisa masukin 180 orang ke dalam sel kecil di polres dan belum lagi mau dikirim ke penjara mana nanti? Ya sudah, daripada pusing, nanti si polwan dimutasikan sajalah setelah sembuh biar nggak trauma berkepanjangan, itu pikiran Tatang.

Rina masih terisak, menangis. Walau kenal di akademi tapi Rani tidak terlalu dekat dengan Wati. Ia dekat akhir-akhir ini saja ketika di tugaskan di kota kecil itu. Tapi mengingat kejadian yang menimpa Wati memang kejam para preman yang berjumlah ratusan orang itu memperkosanya bergantian.

Beruntung Rina hanya melayani 4 orang saja termasuk si Gondrong. Tapi diam-diam ia masih pengen ngewe dengan si Gondrong, maka dari itu ia pura-pura lupa kronologi kejadiannya.

Bersambung ke bagian 3