Setelah sejak siang hari bekerja mengangkut beras kekios tempatnya bekerja Brando nangkring bersama beberapa kuli yang lain. Sudah dua hari anak kampung yang baru 16 tahun itu bekerja. Badannya cukup berisi karena sudah biasa bekerja di sawah membantu bapaknya di kampung. Saat Panceklik dia mencoba mencari tambahan ke kota “X”, dan mendapat pekerjaan di kios beras pak Mansyur. Saat asik melihat kuli lain yang sedang main kartu datang beberapa perempuan yang biasa mangkal disitu dan melayani birahi para kuli dengan bayaran yang memang “murah”, untuk ukuran orang gedean. Seperti biasa dengan suara yang sedikit keras mereka menggoda para kuli itu.
“Wah neng lagi bokek euy, kalo boleh ngutang mah akang mau”, kata salah seorang diantara mereka.
“Wah emang warung nasi, kalo mau maen ya bayar dulu tidak bisa ngutang atuh”, perempuan muda yang bernama Neneng itu menjawab.
Neneng tidak terlalu cantik, badannya bahenol usiannya sudah kepala tiga, janda ditinggal kabur suaminya, “Eh kang itu siapa, anak baru ya?”, kata Neneng saat melihat Brando yang sedikit keheranan melihat kedatangannya.
iya masih ingusan, dari Garut baru dua hari disini”, Neneng tersenyum genit dan mendekati Brando yang dari tadi melihatnya.
“kenapa jang kok kayak tidak pernah liat perempuan aja”
“Ah enggak teh”, Brando menjawab dengan malu-malu.
“Wah neng anak kecil belon bisa apa-apa mendingan sama saya saja”
“Apa ngutang tidak sudi, mendingan sama barang baru masih orsinil kan asik dapet perjaka, ayo jang ikut saya saja kan bisa ngobrol berdua dari pada di sini sama mereka.”
“Awas jang jangan kena di rayu entar kena sipilis kamu”
“Eh jangan suka nakutin orang ya saya mah rajin ke dokter nggak bakalan kena sipilis udah disuntik tau”, sambil mengacungkan tinjunya Neneng memaki para kuli itu dengan sedikit marah.
Brando agak rikuh juga karena Neneng menggandeng tangannya, kemudian mereka berdua ngobrol disalah satu warung kopi.
“Jang mau nemenin saya gak, tidak usah bayar lah ya…, sekarang kamu anterin saya pulang ayo, ntar saya kasih sesuatu yang enak pisan, mau kan…”
Brando cuma bisa tersenyum dan mengangguk perlahan. Kemudian mereka berjalan berduamenyusuri gang di belakang pasar menuju ke rumah Neneng yang kebetulan dekat dengan pasar. Sampai dirumah Neneng kemudian menyuruh Brando masuk dan kemudian mengunci pintu, Brando sedikit keheranan.
“ayo atuh jangan malu-malu, nggak apa-apa disini mah sudah biasa kayak gini sini”, Kata Neneng.
“Aku ngerti kok kamu belum pernah makanya mau saya ajarin mau kan”, kata Neneng sambil membelai dada Brando yang bidang. Brando hanya diam gemetaran, tidak tahu harus berbuat apa kepalanya mengangguk perlahan.
“Baju kamu dibuka aja ya”, kata Neneng sambil menarik kaos yang dipakai Brando, dan kemudian dia membuka risleting celana yang dipakai Brando.
Dengan bernafsu Neneng mencium bibir Brando yang kebingungan diperlakukan seperti ini, namun karena godaan Neneng Brando juga mulai terbakar birahi. Neneng mendorong Brando ketempat tidur sehingga Brando jatuh terlentang diatas tempat tidur, kemudian Neneng menarik celana Brando sehingga anak itu bugil. Kontol Brando sudah berdiri dan dengan refleks dia menutupi kontolnya itu. Neneng hanya tersenyum melihatnya.
“Wah sama saya sih nggak usah malu-malu udah sering lihat yang kayak gitu..”
Kemudian Neneng membuka bajunya, Brando makin salah tingkah melihat ada wanita yang bugil didepan dia. Kemudian neneng naik ke tempat tidur dan menciumi bibir, dada dan menggigit puting Brandog.
“ahhh aduh geli teh”, Brando mendesah kegelian diperlakukan seperti itu.
“Sekarang aja ya dimasukin sama teteh.”
Neneng memengang kontol Brando dan mengarahkannya ke memeknya. Brando melihatnya masih dengan badan gemetaran.
“akhhh…” Brando mendesah saat kontolnya masuk kedalam memek Neneng, matanya terpejam menikmati sensasi yang baru dia rasakan di kontolnya.
“akhh…sss enak kan Din,” Neneng bergerak naik turun sambil meremas-remas susunya.
Brando merem-melek menikmati goyangan Neneng, kontolnya serasa dipijat dan disedot di dalam memek Neneng, kemudian pantatnya mulai naik turun mengikuti gerakan Neneng dan tangannya meremas-remas seprei, baru saat Neneng membimbing tangannya ke susu Neneng
“Remas Din… Aakhh”. Brando meremas-remas susu neneng, dan saat susu itu disodorkan kemulutnya Brando mulai mengemutnya persis seperti masih bayi, tapi kemudian berhenti saat Neneng menegakkan badannya.
Neneng masih asik menggoyang pantatnya dan tangannya meremas-remas dada Brando. Brando mulai gelisah tangannya kadang meremas susu, kadang meremas seprei dan kadang memegang pinggang Neneng seolah-olah mengatur agar neneng menekan sedalam mungkin.
“Aduh… teh… Aakh”, Brando mendesah, bicaranya mulai ngaco, nafasnya mulai memburu dan badannya mulai kejang, kepalanya mendongkak keatas, matanya terpejam dan pantatnya mengangkat naik dan crot…crot…crot… Entah berapa kali semburan yang keluar dari kontolnya dan akhirnya Brando terkulai lemas.
“Yaaa kan teteh belum, tapi tidak apa-apa istirahat dulu aja ya”, kata Neneng dengan nada sedikit kecewa, mereka tidur sambil berpelukan.
Saat pagi hari Ujang bangun dan melihat Neneng yang tidur terlentang, dia melihat perempuan itu masih telanjang dan tertarik saat melihat gundukan daging yang ditumbuhi rambut halus, kemudian dia mulai meraba memek Neneng. Saat Neneng merasakan memeknya ada yang mengusap-usap dia terbangun melihat Brando tersenyum dan membiarkan Brando memperlakukannya seperti itu. Brando kemudian naik ke atas tubuh Neneng menindihnya dan mengarahkan kontolnya ke memek Neneng lalu menekannya.
“Akh…ngehh”
“Enak kan Din sss… Akh.. Tekan yang dalem din.. Akhh…”
Brando menggerakkan pantatnya maju mundur dan Neneng Menggoyangkan pinggulnya mengikuti gerakan maju mundur pantat Brando. Hanya desahan yang terdengan dari mulut mereka berdua.
“aduh din…terus… Akh.. Yaaa terus din yang kerasss akhh din yeah…terus akhh…”
“Akh teh Brando mau keluarehh akh teh… sss.. Akkkh…ngahouch…”
“Teteh dateng din akh…din… Aouchhh…”
Badan mereka berdua menegang, Neneng mengangkat tinggi-tinggi pantat dan dadanya, sedangkan Brando seperti busur panah, pantanya menekan memek Neneng dan tangannya meremas seprei dan sesaat kemudian mereka terkulai lemas. Kepala Brando rebahan di susu Neneng dan kemudian tidur terlentang di sisi Neneng. Beberapa saat kemudian.
“Din yang tadi gratis tapi kalo mau teteh bersihin sekalian Brando harus bayar yah murah kok cuman 20000 aja.”
Brando hanya mengangguk sambil tersenyum. Kemudian Neneng mulai menjilati seluruh badan Brando dada Brando kemudian turun kebawah. Saat sampai di kontol Brando Neneng menjilati kepala kontoln Brando yang masih sedikit tersisa spermanya yang mulai kering, dan kemudian mengulumnya.
“akh…teh..sss… Aduh..geli… Akhh…”, Brando mendesah dan badannya gemetaran, da kontolnya mulai mengeras lagi.
Neneng terus mengulum kontol Brando sambil mengocoknya. Brando menggerakkan pantatnya naik turun.
“akhh…teh…teehhhh ouch…”
Sperma Brando muncart dimulut Neneng dan sebagian meler keluar dan membasahi kontolnya. Neneng menelan semuanya dan kemudian menjilati sisa-sisa sperma Brando sampai bersih. Setelah mandi Brando membayar uang seperti yang telah dijanjikannya dan kembali pergi ke pasar.
“Din, kamu baru berapa hari kerja disini udah kesiangan, saya tahu kamu kemana, kalo nurut sama bapak mah kamu teh jangan terpengaruh sama perempuan kayak gitu ntar kena penyakit bahaya kan”, Pak Mansyur menasehati Brando.
Brando hanya diam tanpa komentar apa-apa. Tapi karena terlanjur ketagihan Brando sering pergi bersama Neneng dan tanpa disadarinya dia ketularan penyakit dan saat akan berobat Brando tidak mampu menebus obatnya karena uangnya sudah habis untuk mebayar Neneng dan kemudian dia pulang ke kampung dengan perasaan malu yang teramat sangat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar